Senin, 31 Desember 2012

Gazing on Indonesia's Shoegaze Albums in 2012

Ditengah isu kiamat oleh bangsa Maya, skena shoegazing Indonesia masih bertahan dengan kewarasannya untuk meracik kebisingan yang apik didengar. Semakin atraktif dan colorful. Oh, Viva 2012!

Satu tahun enam bulan usia blog ini, dan sepanjang tahun 2012 seperti agak sedikit kalem oleh keriuhan rilisan fisik shoegazing dibandingkan tahun 2011. Beberapa band yang diharapkan bisa merilis materinya pada tahun 2012 seperti Whistler Post, Damascus, ataupun Ansaphone, sepertinya masih berkutat di dapur rekaman mereka masing-masing.

Beberapa band-band baru yang bisa terlacak dan dishare materinya, meski jumlahnya tak sebanyak dua tahun lalu. Beberapa acara musik masih minim, meski mungkin memang dasar frekuensi dan radar kami saja yang rada lemot.

Meski begitu, blog ini masih bisa meriset rilisan-rilisan fisik shoegaze lokal. Kriteria utama tentu haruslah shoegaze dan dreampop. Ada beberapa rilisan yang memadukan dengan sentuhan postrock, ada yang berhasil, ada juga yang tidak. Dan itu hal yang sulit. Tapi tentu ini adalah pandangan subjektif kami semata.

Dan di tahun 2012, kami mengagumi dua band yang berhasil merilis album yang begitu keren dan tak kalah dengan band luar. Eksplorasi musiknya lebih atraktif dan segar. Materi-materinya tentu saja pekat dan shoegazing dan dreamy, serta layak untuk dibeli.

Dan inilah mereka, sodara-sodara...

"Dan betul, Astrolab mulai menjelajah lebih liar. Jika sebelumnya, fragmentasi sound kental dari band-band dreampop seperti Blueboy ataupun Ocean Blue, kini musik mereka lebih dinamis dan kaya akan sonic sounds dari dreampop dan shoegaze." 


"Album ini siap memuaskan para pecandu hamparan nada-nada meruang, yang telah dirintis oleh TheMilo. Tetapi MVM punya cara mereka sendiri, dan album ini menyenangkan untuk dinikmati siapapun."
---------------------------------
cd dari kedua band ini bisa dibeli dengan mengontak laman facebook mereka, semoga tak kehabisan..

Sekilas rilisan album shoegaze lokal di 2011:

Minggu, 23 Desember 2012

Soundclouding The Ajie Gergaji

Sudut langit Kota Kembang kini memiliki nada dan suara. Menggantung di atap langit, beralamat di https://soundcloud.com/ajiegergaji, dan mengundang siapapun untuk berkolaborasi. Dan bisa diunduh!


Ajie Gergaji berbaju kuning
Betapa ajaibnya abad ini, musik bisa menghantui setiap sudut kaki langit berkat internet. Vokalis Themilo tampak menikmati sekali dunia maya sebagai wahana alternatif untuk idealismenya yang mungkin tak bisa seluruhnya tertampung di bandnya. Membanjir, Ajie memilih bermain nada dan suara di portal musik soundcloud.com.

Konten musiknya pun tampak selalu terupdate dengan lagu-lagu baru. Beberapa trek kolaboratif dan solo masih tetap pekat bernuansa, dreamy dan ambience, kekhasan Ajie di band Themilo. Namun dari semuanya ada dua trek yang bikin saya tergelitik untuk mendengarkannya, 'Ambilkan Bulan Bu' dan 'Linger'-nya The Cranberries.

Souncloud-nya

Well, berikut ini, wawancara santai dengan si empunya laman beralamat di https://soundcloud.com/ajiegergaji, mulai dari soal  kegemarannya berkolaborasi, spek rekaman rumahan a la Ajie Gergaji, kiat jitu Ajie meramaikan laman soundcloud-nya, 'trauma' lelah bikin album, sampai soal-soal lainnya yang mungkin bermanfaat bagi kita semua. 

1. Why soundcloud? 
karena soundcloud bagi gw adalah media teknologi paling berguna, mudah dan asyik utk nyimpen portfolio sekalian sharing denger sm orang banyak. udah gitu bisa dikomen dan diunduh.

2. proses rekaman dari lagu2 tersebut seperti apa? 
proses rekaman sangat2 sederhana. gw buat karya lagu di studio yg lokasinya di rumah. sadsonic labs. digital studio. tinggal ada ide, colok sana, colok sini, controller disana, monitor disini. beres. hehehe.

3. Seluruh instrumen dimainkan Ajie sendiri yah? Spek alat rekam rumah ajie apa aj?
Semua instrumen diisi oleh gw sendiri (saat ini), knp gw pake tanda kurung krn karya selanjutnya melibatkan dua orang musisi. tunggu aja tanggal mainnya. spek alat rekam?? digital studio sangat2 mutakhir dengan teknologi terkini!. gw manfaatin apa yg gw punya aja. laptop macbook white dgn software garage band, reason dan adobe soundbooth, controller dari line6 lalu monitor altec lansing selebihnya pake hybrid instrument: hati, telinga dan jiwa saya sepenuhnya.

4. Tell us about your influences buat lagu2 solo di laman soundcloud? ada perbedaan dg musik Themilo?
 untuk karya2 kolaborasi mungkin berbeda, karena didalam soundcloud gw ada yg gw diajak utk mengisi part gitar, vokal dll. secara utuh adalah karya mereka, jelas berbeda dengan themilo. tetapi secara teknis gw bermain ga ada perbedaan dgn themilo, karena karakter yg telah tercipta mungkin ya. hahaha. ada beberapa temen yg berkomentar lgs via chat bhw lagu yg gw buat sendiri (bkn karya kolaborasi) beberapa msh terdengar spt themilo. gimana dong? hahaha.

5. banyak kolaborasi yah? khusus Yustie, siapakah dia?
gw org yg sangat suka sekali sm kerjasama. sengaja dibuat seperti itu karena gw ingin menghadirkan sesuatu yg beda dari gw bersama themilo. Yustie seorang teman. dia adik kelas gw saat kuliah jaman dulu kala, dia jg seorang vokalis dari band yg telah bubar dan dia adalah seorang guru vokal dadakan. saat jumpa, gw bercakap2 gmn kabar band-nya trus skr ngapain, bla bla bla dan yg gw sayangkan..dia udah lama ga tampil jg bernyanyi. dari situ lah gw tarik dia supaya kembali bernyanyi. skr yusti suka dibawa2 sama themilo jadi additional vocalist.

6. cover version lagu ambilkan bulan, why? hasilnya sih asyik juga hehe; dan Linger, damn!
hahaha ambilkan bulan ya. hmm..gw terinspirasi dari anak gw yg suka nyanyi ambilkan bulan. lagu pengiringnya ceria sekali. gw pikir kenapa ga dibuat psychedelic aja biar semua org di segala usia bisa dengerin lagu yg sangat2 legendaris dan penuh khayalan ini.
khusus linger, sengaja gw meng-cover lagu yg disukai semua org dengan versi gw agar page soundcloud gw dikunjungi banyak org. jadi sedikit berbau mengundang agar bisa dengerin karya2 gw yg lainnya. hehehe.


7. bagi yg mau kolaborasi hubungi anda harus kontak dimana?
 bisa kontak gw: ajiegergaji@themiloband.com

8. ada rencana bikin album solo?
untuk album solo..ternyata gw ga tertarik ngerjain album mulai saat ini. ngerjain album itu berat bgt bagi gw, apalagi dengan pengalaman yg gw alami saat pengerjaan album photograph-nya themilo. gw lebih suka semuanya mengalir begitu aja, karya2 gw yg lahir adalah sesuai dengan mood gw pada saat itu bisa terealisasi. silakan aja org2 untuk membundel karya2 gw yg di share secara gratisan ini.   

9. cmon lennon, white shoes, dan nanti rumahsakit, rilis vinyl. Bagaimana dg themilo?
vinyl themilo? bole juga tuh.
-----------------------------------------------------------

Kamis, 29 November 2012

Just For A Day, Lost in the 90's. For Real!

Kira-kira lebih dari sebulan lalu, ruang basement Cafe Mondo dan toko kelontong aneka macam vinyl, High Fidelity berubah menjadi tempat nostalgia langgam lawas di era 90-an. From Britpop till Sarahesque, and yeah, Shoegaze. 



Entah kenapa jika bicara tentang era 90-an, saya selalu bersemangat, khususnya di lanskap musik alternatifnya. Ketika itu band-band alternatif tampak begitu kerennya, seakan representasi dari the coolness of generation x, generasi era segituan, istilahnya. Gara-gara Nirvana, setiap insan remaja dan muda menikmati asupan musik dari tanah Inggris dan Amrik yang memesona, tapi juga adiktif dan 'berbahaya'. Semacam era revolusi musik kedua setelah Beatles, yang tak hanya merubah selera musik mainstream, tetapi juga gaya hidup.

Sensasi masa lalu itu seakan tak pernah putus meski sudah dua dekade. Ketika Coldplay dan The Strokes memukau dunia, diikuti barisan band-band NME dan Pitchfork bermunculan, saya malah seperti tak merasakan greget yang membuat saya menggilai band-band di era 90-an. Yah, itu memang lebih dari sudut pandang saya sendiri. Bagi saya, era 90an tampak lebih keren dan orisinil.

Nah, hal itu saya rasakan sendiri ketika membuat sebuah acara Tribute to 90's Shoegaze, 3 tahun silam. Bejibun orang datang, dan setiap muka mewakili usia dari generasinya masing-masing. Dan hal ini kejadian lagi ketika dua owner High Fidelity mengorganisir sebuah acara bernama Just For A Day, dengan menampilkan enam selektor yang memutar plat hitam favorit mereka, mulai dari era Sarah, Britpop, sampai Shoegaze. Para selektor berinisial, peterlovefuzz, fzbz, kumyka, youthee, deebank, dan bckwrds, menampilkan koleksi shoegazing yang apik, mulai dari Slowdive, Catherine Wheel, Curve, Swervedriver, Chapterhouse, hingga MBV.

Saya ingin berbagi sebuah link blog yang menampilkan pepotoan dari acara tersebut, berikut tulisan dari sang pemilik blog yang juga memotret momen-momen di acara, yang berakhir hingga jam 2 pagi. Sekitar enam jam perjalanan lintas masa lalu yang penuh kesan dan pesan. Pesan bahwa era 90-an tak akan pernah tergantikan oleh kekinian, karena memang begitu adanya, dan spesial.

So, silahkan masuki ruang blog yang beralamat di http://oxaliseveryday.wordpress.com/2012/11/09/just-for-a-day/

Pictured by Oxalis



Sabtu, 17 November 2012

Yellow Loveless, Salutasi Negeri Sakura

Skena musik alternatif Jepang akan merilis sebuah album penghormatan terhadap My Bloody Valentine, bertajuk Yellow Loveless. Eforia menjelang konser Tokyo Rocks dan album terbaru MBV?

kovernya kuning

Jujur saya betul-betul telat untuk memposting beberapa topik di blog ini dikarenakan aktifitas pekerjaan di divisi promosi tempat saya bekerja yang almost killing my times to write about everything, dull or fascinating. Padahal begitu banyak hal menarik terjadi selama tiga bulan terakhir ini, sebut saja DJ Set Just For a Day di record store Hi Fidelity yang menampilkan beberapa selektor memutar plat hitam koleksi mereka yang berhawa noisepop, dreampop, dan shoegazing, lalu soal rencana album terbaru MBV yang diakui sendiri oleh Kevin Shields, hal yang 'keren bangaattt' kalau kata teman Jepang saya, co-owner dari Hi Fidelity.

Sampai akhirnya sebuah berita dari situs Gigsplay, membuat saya harus segera menuliskan sesuatu di blog ini, yaitu rencana album tribute dari skena musik Jepang untuk MBV, judulnya Yellow Loveless. Pihak label High Fader Records akan menampilkan band-band keren seperti Boris, Shonen Knife, hingga Lemon's Chair untuk membawakan lagu-lagu di album Loveless. Saya suka banget karena roster bandnya lintas genre, bayangin, Shonen Knife, dude!

Shone Knife bakal menguningkan Loveless
Entah apa latar belakang kemunculan album tribut ini, meski saya menduga, kehadiran MBV yang akan menjadi kedua kalinya dalam kurun waktu 4 tahun (kayaknya hehe) di Jepang, kayaknya membuat para fans MBV di sana menjadi begitu bahagia dan bersemangat untuk menghaturkan apresiasi terindah berupa album tribut.

Duh, andai mereka bisa di Indonesia, dan saya berpikir kita di Indonesia, bisa melakukan hal yang sama, sebuah kompilasi album tribute MBV dari Indonesia? Hemm :P saya harus segera membuat meeting terselubung dengan beberapa rekan kompatriot label indie dan per-band-an di skena lokal kita ini...what do you think?

-------------------------------

Setlist yang beredar di internet:

Yellow Loveless track list:
1. "Only Shallow" – 東京酒吐座 (Tokyo Shoegazer)
2. "Loomer" – GOATBED
3. "Touched" – The Sodom Project
4. "To Here Knows When" – Lemon’s Chair
5. "When You Sleep" – 少年ナイフ (Shonen Knife)
6. "I Only Said" – 東京酒吐座 (Tokyo Shoegazer)
7. "Come in Alone" – AGE of PUNK
8. "Sometimes" – Boris
9. "Blown a Wish" – SHINOBU NARITA (4-D Mode1)
10. "What You Want" – Lemon’s Chair
11. "Soon" – SADESPER RECORD

Jumat, 21 September 2012

A.R. Kane: Ketika Duo Afro Merintis Shoegaze Tanpa Niat

Gara-gara bualan memiliki sebuah band, Rudy Tambala mendapati dirinya terseret pada sebuah perjalanan musikalitas yang begitu unik di era 1980-an.


"People expected us to play Reggae. They got a wall of feedback" - Rudy Tambala


Teman saya, eks slacker negeri kiwi yang bernama Zounds72, menge-tag saya pada sebuah artikel dari Guardian, berjudul A.R. Kane: How to Invent Shoegaze Without Trying. Judul yang bikin saya tergelak sendiri karena begitu lucunya, tentang kisah band A.R. Kane, saya rasa (dan berharap) banyak yang sudah kenal dengan band lawas satu ini dari Inggris, salah satu band generasi pertama yang meretas musik shoegaze. Dan artikel ini sungguh menarik dan historikal, bagaimana dua anak muda Afro di Inggris yang 'terjebak' untuk bermain musik dan menjadi inspirasi bagi banyak band shoegaze dan alternatif di kemudian hari. So, saya ingin sekali menyarikan isi artikel tersebut untuk kita semua :)

A.R. Kane

Kisah band ini dimulai dari celetukan ngasal, Rudy Tambala kepada temannya di sebuah pesta. Ia bilang kalau punya sebuah band, padahal tidak ada sama sekali. Bahkan Rudy berpikir bahwa band ini sebenarnya tidak akan pernah ada. Sampai akhirnya, dirinya dan teman sejak SD, Alex Ayuli menemukan sebuah band bernama Cocteau Twins di televisi rumahnya lewat program musik Channel 4, dan segalanya kelak akan berubah. Dua anak afro berambut dreadlock ini terbius..

Pastinya mereka terpukau oleh musik Cocteau Twins, yang tanpa drummer, memaksimalkan tapes dan teknologi sounds saat itu, serta sosok Liz Frazer yang seperti mahkluk dari dunia lain, bersuara malaikat dan bermata besar. Dan suara gitar Robin Guthrie membungkus 'keanehan' tersebut dengan begitu indah dan megah. "That was the Fuck! We could do that," kenang Rudy ketika itu.



Beberapa hari setelah menonton Cocteau Twins, Rudy dan Ayulli bertemu dengan seorang teman perempuan Ayuli di sebuah pesta. Bualan itu pun keluar ketika si teman menanyakan apa kegiatan mereka, dan dijawab Rudy, "Kami ngeband loh". Nama A.R. Kane pun tercetus pada saat itu juga dengan menukil film Citizen Kane dan the Mark of Twain. Ditanya lagi, musiknya seperti apa, Rudy celetuk dengan menjawab nama-nama seperti The Velvet Underground, Cocteau Twins, Miles Davis, dan sedikit Joni Mitchell.

Rudy mengaku sepertinya dirinya saat itu memang sedang lagi mabuk. Tetapi seminggu kemudian mereka ditelepon oleh pihak label One Little Indian. Bualan itu berujung permintaan sebuah demo dan ajakan masuk roster label. Tentu saja, ketika itu tak ada band apalagi satu lagu, bahkan anggotanya sekalipun!

Berbekal ide kasar, Rudy dan Ayuli merekam lagu dengan dua tape kaset, lalu mereka merekam tiap track secara bergantian...serba lo-fi nan irit, dan sebuah materi demo tercipta! Derek Birkett, pendiri One Little Indian dan eks punker di band anarki punk, Flux of Pink Indians, ternyata kesengsem dengan demo mereka, dan pengen ngelihat live dari band yang sesungguhnya belum ada, baru lagu-lagu saja.

Lived in the end of 80's
Ruddy dan Ayuli pun panik! Mereka segera merekrut adik Rudy, Maggie sebagai beking vokal, seorang teman di drum, dan satu teman di bass yang hanya bisa memainkan satu not saja. Di hari ditentukan band serba dadakan ini mengundang sang bos label dan teman-temannya yang begitu menyeramkan karena punker anarki semua. Hanya modal nekat dan latihan selama dua minggu, band bernama A.R. Kane ini diterima masuk label dan siap rekaman.

Menjelang tanda tangan kontrak, Derek mengundang mereka untuk mampir ke kediamannya di London Selatan. Betul-betul kediaman dengan taman yang dihuni oleh teman-teman punk Derek. Mereka diajak ke kamarnya, dan Derek berucap, "gue sekarang punya dua band dan salah satu dari kalian akan menjadi sangat terkenal". Ditangannya ada sebuah foto anak kecil memegang kodok. "Saat itulah pertama kali saya melihat Bjork," kenangnya.

Akhirnya mereka berhasil merilis sebuah EP berjudul When You're Sad, dengan rangkaian promo manggung yang membuat para penonton kebingungan sendiri. "Mereka melihat kami gimbal dan berpikir musik reggae. Namun yang mereka dapatkan hempasan feedback, lalu berpikir pasti kesalahan teknis dan beranjak pergi. Padahal itu adalah musik kami," ujar Rudy yang kini menjadi analis musik digital.

Petualangan musik A.R. Kane pun turut mampir ke pintu label 4AD. Mereka mengirimkan demo berjudul Lolita dan diterima 4AD. Namun lagi-lagi mereka hadir di sebuah label aneh. Jika di label One Little Indians, mereka bertemu dengan bos label eks punker anarki dan gerombolannya yang selalu nongkrong di taman belakang rumah si Derek, di 4AD, mereka berkenalan dengan Vaughan Oliver, bos artistik label, yang setiap minggu selalu menggunduli seluruh karyawan label, bahkan perempuan, dan mengharuskan berbusana hitam. "What the fuck is going on?! They looked Zen, but they were'nt" kata Rudy.

Di label ini, mereka merilis sebuah album mini yang legendaris dan terbaik di awal era acid house music, Pump Up the Volume. A.R. Kane memadukan noise dan feedback, serta dreamy sound dengan beat-beat dari music house yang menghentak. Mungkin mereka adalah pelopornya dan pastinya menginspirasi band-band semacam Curve atau My Bloody Valentine di lagu Soon.

Album bertajuk MARRS ini sukses besar. Menembus penjualan satu juta kopi, dan membuat 4AD terguncang dan kelimpungan karena tak terbiasa menerima pesanan sebanyak itu. Rudy mengisahkan betapa kesuksesan mereka menghancurkan begitu banyak ilusi tentang label 4AD itu sendiri. Namun Rudy melihat album mereka yang berjudul 69 sebagai sebuah album penting bagi dirinya. Di album ini mereka bereksplorasi begitu liar dan bualan itu ternyata menjadi 'sesuatu' yang tak terbayangkan. Dirilis tahun 1988, dimana MBV pun masih wangi nuansa jangly. "Namun dirilisan berikutnya MBV menjadi begitu lebih keren dari kami dan itu menarik," ujar Rudy.

Dua album menyusul dan A.R. Kane pun bubar. Tetapi Rudy begitu bahagia dengan apa yang telah mereka berdua lakoni di masa silam. Tanpa niat, tanpa ambisi. Dan mereka justru meretas sebuah gaya musik yang dinamai oleh para jurnalis musik, yaitu shoegaze. "For a while, Alex and me had that. We were really good. Just listen to those tracks. We piled so many ideas into every fucking songs!" tutupnya. So pasti! (Marr - disarikan dari artikel Guardian)


Kamis, 12 Juli 2012

Millionmars - People and Trees (New Single)

Band dreampop asal Jakarta merilis sebuah single baru. Dreamy, teduh, rileks, manis, dan bebas diunduh!



Orang-orang dan pepohonan. Kira-kira demikian arti harfiah dari single terbaru Millionmars yang bertajuk People and Tree. Bebas diunduh oleh siapapun di laman reverbnation mereka. Kali ini, materi terbaru mereka lebih instrumental dan potensial menjadi trek favorit di playlist. Dreamy, dengan tekstur musik yang lebih asyik dan apik. So, silahkan diunduh masbro!

www.reverbnation.com/millionmars

Senin, 02 Juli 2012

Kevin Shields (My Bloody Valentine) - Interviewing the Loveless



Berikut ini wawancara Kevin Shields di tahun 2000-an di sebuah program musik Irlandia, LastTV. Yah, seputar kisah dibalik lahirnya MBV, soal isu bangkrutnya Creation Records, dan idealisme musik Kevin. Menarik untuk disimak :)

Selasa, 26 Juni 2012

Kolaboratif Ajie Gergaji

Bermanuver solo, Ajie beraksi kembali sambil berkolaborasi. Kali ini Perfect Angel dan Ferry Nurhayat kedapatan giliran bercengkerama dengan ide-ide musik si frontman The Milo ini.

Ajie Gergaji kala remaja (tebak yang mana?!)

Jika anda pernah mampir ke page Ajie di Myspace, ataupun sering ngintip laman gubahan musiknya di soundcloud, tentu akan maklum kalau orang ini kolaboratif. Setelah Bottlesmoker dan Trah Project, kini Perfect Angel di lagu Ruang Hampa, dan kang Ferry Nurhayat di Tanah Sunda. Tanah Sunda menarik perhatian, karena kentara atmosfir nada etnik khas Sunda berbalut elektronik digital.

Saya kurang tahu siapa Ferry ini, dan perannya, apakah sebagai pengolah nuansa digital pada musik lagu tersebut atau apa. Satu lagi,  Ajie juga baru saja menempel lagu Korolev di laman Soundcloud-nya yang seingat saya ada di Myspace-nya. Pokoknya, kreasi pengusaha makanan Ayam Kuning Ciwaregu (haha) ini patutlah untuk disimak.

Ajie Gergaji feat. Ferry Nurhayat - Tanah Sunda
Ajie Gergaji feat. Perfect Angel - Ruang Hampa

----------------
http://myspace.com/ajiegergaji
http://soundcloud.com/ajiegergaji

Senin, 25 Juni 2012

Astrolab @RadioShow_tvOne




Band shoegazing/dreampop, Astrolab hadir di Radioshow, 10 Juni 2012, membawakan lagu-lagu dari album EP terbaru dan juga album perdana mereka. Direkam dan diposting oleh omdjoko. Selamat menikmati live videonya! :)

Sabtu, 26 Mei 2012

DJ BCKWRDS

Butuh satu DJ dan dua pak kardus vinyl untuk meracuni lobi Demajors. Si pelaku beranonim BCKWRDS, dan berhasil memutar kembali arah waktu dengan nostalgia trek-trek lawas di era 90's shoegaze. Ekstasi dan hacep!

DJ BCKWRD
Semalam, di lobi Demajors, berlangsung acara DJ set dari beberapa kolektor vinyl bertajuk 'Sampai Ketemu Lagi! Baba". Saya bersama dua teman sengaja mampir ke acara itu, sambil bertemu dengan beberapa teman lama, dan juga simpati kepada si Baba, orang Jepang yang akan mudik dengan lengan patah akibat dibacok oleh geng motor di Sevel, di Jakarta Pusat.


Syukurlah si Baba yang juga DJ ini baik-baik saja. Acara DJ set untuk Baba pun tetap asyik meski hanya segelintiran saja yang datang, dan umumnya para kolektor dan teman sejawat. Beberapa DJ sudah memulai aksi dengan plat-plat pilihan. Namun seorang DJ memutar trek lagu (lupa nama lagunya) yang tak asing di telinga kami, Spirea-X,  sebuah band shoegaze 90'an yang hanya muncul numpang lewat saat itu, sebuah proyekan singkat dari eks Primal Scream.

Trek-trek berikutnya pun berlanjut dengan, yah, lagu lawas dari skena shoegaze di 90an. Dan kami pun merapat mendekati booth DJ, dan menyadari bahwa si pelaku tak lain teman kami, si gitaris band anti keahlian formal, berinisial A.Y., dengan nama samaran BCKWRDS. Si DJ memutar lagu-lagu gaib mulai dari Breather (Chapterhouse), Deep Seat (Swervedriver), Sweetness and Light (Lush), Feed Me With Your Kisses (MBV), Taste dan Vapour Trail (Ride), sampai Lazarus (Boo Radleys).

TUNED by BCKWRD

Too bad, kami tak sempat merekam penampilan si DJ, tetapi playlist yang diputernya bikin saya puas hati dan berpikir sebuah ide liar tentang sebuah acara DJ set yang khas :) If you know what i mean hehe.. Suatu saat nanti, doakan!

Sabtu, 19 Mei 2012

My Bloody Valentine - Reissuing Their Magical Noises! With a Saga..

Akhirnya, setelah 21 tahun sejak Loveless menjadi enigma tak ada akhir, My Bloody Valentine melakukan sesuatu yang telah dinantikan banyak orang. Bukan album baru, tetapi tiga album reissue dengan kawalan ketat Kevin Shields pada proses re-mastering. Sebuah proses produksi yang dramatis dan penuh intrik.

Loveless, Isn't Anything, dan B-sides compilation.

Ketika saya melihat postingan dari forum saudara kita di negeri seberang (Shoegaze Malaysia) tentang rilis ulang album-album MBV, benak saya berpikir apakah ini bisa menjadi pertanda sebuah album baru akan hadir. Anggap saja, ketiga album rilis ulang dengan remastering langsung dari Kevin Shields, sebagai sajian pembuka yang wajib disantap, sebelum the main course, sebuah album baru dari band yang turut berjasa meretas lanskap dan kontur dari musik alternatif.

Kita semua menanti kejutan terbaru dari mereka. Meski puluhan band lahir setelah Loveless, mulai dari yang bisa meng-kopi paste aura musik mereka seperti MBV kedua (Fleeting Joys? hehe), ataupun cerdas menerjemahkannya dengan gaya mereka sendiri (pilihan saya, Serena Maneesh hehe), MBV akan tetap menjadi pembeda dan landmark dari seni musik noise pop/shoegazing. Kenapa? faktor Kevin Shields, adalah segalanya. Ia sangat perfeksionis, dan telah jadi rahasia umum, musisi yang sulit dipahami oleh para partner kerjanya di studio, termasuk labelnya sendiri ketika itu.

Tetapi semua sudah tahu tentang kisah-kisah dan mitologi dari band ini :) Namun sebuah artikel di Pitchfork bisa mengaggetkan kita semua. Teman saya memberi tahu ihwal artikel ini, bagaimana proses bertahun-tahun dari remastering album-album MBV terkendala dari segala sudut. Mulai dari 'dikerjain' label Sony dan Warner, rencana pelibatan Scotland Yard (polrinya Inggris), sampai njelimetnya Kevin Shields untuk mengeluarkan mosaik sound dari Loveless yang belum tertampilkan secara optimal di rilisan awal era 90an.

Well, berikut terkopi-pastekan interview dari Pitchfork, teman-teman tentu memahaminya dalam bahasa Inggris yah hehehe..

"We've had incredibly huge obstacles in our way-- no tapes, 
no royalties, no cooperation on any level-- and we sort it out. (Kevin Shields)







My Bloody Valentine

Selasa, 24 April 2012

Astrolab - Poor Trendy Boys

Astrolab memberikan suguhan segar melalui EP terbaru, Poor Trendy Boys. Kesegaran baru yang lezat dan bergizi untuk dinikmati oleh siapapun.


Pada acara Record Stores Day di Aksara, Kemang, saya sempat chit-chat dengan Vian, personil Jellybelly yang saat ini telah menjadi personil dari Astrolab tentang band barunya itu. Vian bilang kalau EP terbaru Astrolab ini akan lebih berbeda dari rilisan album sebelumnya, The Blue Thread Saga. Semakin gelisah ketika si vokalis, Badra menegaskan, lagu baru mereka seperti gubahan komposisi sang maestro dawai gitar, John Satriani. What?!

Thank God, itu hanya lelucon. Empat lagu baru dari EP mereka bawakan. Dan betul, Astrolab mulai menjelajah lebih liar. Jika sebelumnya, fragmentasi sound kental dari band-band dreampop seperti Blueboy ataupun Ocean Blue, kini musik mereka lebih dinamis dan kaya akan sonic sounds dari dreampop dan shoegaze. Serunya, ada satu lagu berjudul Let's Taking It, begitu enerjik dan kentara adiktif ekstasi Madchester.

Hal terpenting, buruan beli EP terbaru dari Astrolab ini yang hanya dirilis terbatas. 

Minggu, 25 Maret 2012

My Violaine Morning - The Next Episode of This World


My Violaine Morning meluncurkan album penuh perdana yang dirilis sebuah label di negeri Sakura. Suguhan segar dan memikat dari band asal Bandung ini. 


Melalang buana, dari Jepang hingga Amerika Selatan. Petualangan musik My Violaine Morning akhirnya bisa lintas kontinen secara fisik setelah album perdana bertajuk The Next Episode of This World, dirilis secara internasional oleh sebuah label indie Jepang, Happy Prince. Dan hanya 100 kopi saja di Indonesia, dari total 600-an kopi yang dirilis label tersebut.

Rilisan MVM di tahun 2012 ini, memang menjanjikan dan patut disimak. Sejak single gratis, Light Inside, album perdana mereka bikin penasaran. Berbasis eksperimentalis a la postrocking di EP-EP awal, empat sekawan yang terdiri dari Roni, Ricky, Risky, dan Baruna, meracik 9 trek yang variatif. Light Inside dan Find a Away, misalnya, suguhan sensasi dream pop yang catchy, hingga 99 Miles yang berasa bliss pop. Beberapa materi intrumental menjadi parade limpahan sonik dari para personil MVM. Hasilnya, tak membosankan.

Album ini siap memuaskan para pecandu hamparan nada-nada meruang, yang telah dirintis oleh TheMilo. Tetapi MVM punya cara mereka sendiri, dan album ini menyenangkan untuk dinikmati siapapun. Marr - howdoesitfeeltofeel1979.blogspot.com

Order CD: http://www.facebook.com/myviolainemorning

Minggu, 04 Maret 2012

Feeling The Pains of Being Pure At Heart at Jakarta

Didukung dua band pembuka, Polyester Embassy dan White Shoes and The Couple Company, band asal kota New York, The Pains of Being Pure at Heart memukau beberapa ratus pasang mata di Balai Sarbini.

The Pains at Balai Sarbini
Duh, begitu sepinya malam Sabtu, bertanggal 2 Maret itu. Setelah bersalin dari kantor dan siap berangkat menuju Balai Sarbini, tempat dimana Kip Berman cs., sama sekali tak kebayang kalau acara yang diusung CHMBRS ini hanya dipenuhi oleh sekitar 400an orang saja, dari kapasitas ruangan yang bisa menampung 2000an.  Padahal band ini bisa dibilang termasuk menjadi band populer didengar oleh scenester di tanah air.

Jam 7 saya dan teman, Tommy the Drowner, sampai di pintu masuk tempat acara, dan tak ditemui ada keramaian atau sesaknya penonton. Pada saat pintu masuk dibuka pun, pada jam 8-an, tak ada tuh antrian memanjang layaknya sebuah konser musik. Bahkan ketika masuk ke ruang konser, begitu melompong, bahkan saya sampai bisa tiduran saking sepinya.

Dugaan sementara, mungkin karena heboh konser Morrissey di Indonesia yang sudah berkicau sejak minggu kedua Februari, lalu acara Java Jazz (entah yah) bertepatan pada tanggal tersebut, sepertinya telah membunuh momentum konser The Pains of Being Pure at Heart. Mungkin banyak yang memilih tak datang agar bisa membeli tiket Morrissey yang semakin sulit dicari itu. Wallahualam.

Semakin dinginnya ruang konser, dan sepinya penonton tak membunuh niat kami, toh tiket sudah terbeli dan band yang rilisannya via Slumberland ini patut disaksikan. Kapan lagi bisa melihat Kip dengan suara teduhnya, dan Peggy Wang yang cute hehehe...

Polyester Embassy menjadi band pembuka pertama. Band postrock asal Bandung memulai dengan keriuhan efek-efek mereka, dan cabikan bassline yang rough. Sayangnya, kedua ampli dari masing-masing gitaris tampak berebutan siapa yang paling keras dan meraungi ruang konser, bising. Mungkin tak sempat check sound?

White Shoes and the Couple Company tampil selepas Polyester Embassy. What else can i say anymore, they're the best indie band in Indonesia, fuckin class! Sari cs. begitu memikat dan rapih, dan juga piawai dalam merajut keintiman dengan penonton melalui lagu, dan juga Sari sendiri. Bahkan Kip pun mengidolai band ini, dan mengapresiasi band yang lahir dari kampus IKJ saat tampil di atas panggung. Class, and international!

Kip Berman dengan Telecaster-nya
Setelah itu, hadirlah Kip dan gengnya. Dan sekitar 400an orang bergembira dan menikmati lagu-lagu dari kedua album dan B-sides, meski harus merapatkan jaket saking dinginnya Balai Sarbini. Saya lupa lagu-lagu apa saja, tetapi semua lagu mulai dari Contender, Come Saturday, sampai Say No To Love, ditampilkan dengan mengesankan, dan membuat saya terus joget dan lupa umur. Soundsnya tertata rapi dan Kip cs tak terpengaruh dengan jumlah penonton yang tak begitu banyak.

Overall, terlepas dari sepinya penonton, Big Thanks buat CHMBRS dan Revisions untuk menghadirkan band berkelas ini. Two thumbs up!

Thanks for Joan Lumanauw for gave the permissions of concert photos
Thanks for Kip, bisa foto bareng dengan kami :))

Kamis, 23 Februari 2012

Lazy Room

Lazy Room, siap memulaskan kepenatan dengan materi dream pop menawan dari kota Gudeg. Meruang dan meraung, namun penuh santun, berikut link bebas unduh dari mereka.

Lazy Room
Rekan kami di Yogyakarta, Fajar Martha merekomendasikan band ini untuk ditampilkan di blog. Ia memberikan sebuah link soundcloud yang menyimpan tiga materi lagu mereka, berjudul Take Me Home, My Eyes, dan Behind Her. Sekali dengar, kentara sekali kesejukan dream pop yang disuguhi oleh empat pria muda ini. Mereka adalah Eki Idhamayanto (vokal), Catur Idhmayanto (gitar), Zaimmudin Mukarom (bas), dan Derry Ramadhan (drum).

Modulasi, reverb, dan post rocking dalam kadar secukupnya, menghasilkan tiga lagu yang begitu memikat dan tidak berlebihan. - and my fave's, My Eyes :) - Berikut dibawah link soundcloud Lazy Room, berisikan tiga lagu tersebut yang siap diunduh. So, enjoy this nu gaze band from Yogyakarta!

Download Link

Senin, 06 Februari 2012

The Leaky Diamond

Pria bule asal Arkansas, US, ini sempat terdampar di Tangerang, setahunan lalu sebagai guru ekspatriat di sebuah sekolah swasta. Berbekal gitar akustik, ia merekam tujuh lagu di laman myspace yang pekat nuansa dreampop-eklektik yang menghipnotis. Ketujuh lagu itu siap diunduh untuk kita semua!


The Leaky Diamond
Tak sengaja saya menemukan band bernama The Leaky Diamond ini. Itupun ketika sedang pusingnya meriset band-band shoegaze lokal mana lagi yang bisa ditampilkan di blog ini. Sampai pada jumlah laman sekian di 'gugel serc', nama band ini muncul dengan sepotong kalimat sedang mencari personil di Indonesia. Singkat kata, ternyata band ini dihuni oleh bule ekspatriat bernama Casey Grimes yang kebetulan berprofesi sebagai guru.

Menguping materi The Leaky Diamond di Myspace, membuat saya tertarik untuk menampilkannya di blog. Ketujuh materi di Myspace, berkesan akustik, dan arus lembut reverb dan distorsi membungkus suara Casey Grimes yang mirip-mirip vokalis The Veldt, Daniel Chavis dan Suede, Brett Anderson. Musiknya mengingatkan band-band seperti Galaxie500, The Veldt, dan secuil eklektisme Mercury Rev.

Via bertukar pesan di FB, Casey Grimes mengatakan betapa shoegaze menginspirasi musiknya, seperti MBV, Low, Cocteau Twins, The Verve, dan band slowcore, Red House Painters. Pria paruh baya ini juga mengisahkan perjalanan musiknya di negaranya yang sempat tampil di beberapa band pembuka untuk band-band seperti Boo Radleys, Secret Shine, hingga Better than Ezra.

The Leaky Diamond adalah band yang didirikannya sejak 2001 yang awalnya dihuninya berdua bersama seorang pemain biola. Proses musik, mayoritas dilakukannya dengan gitar akustik memanfaatkan efek-efek di Pro-Tools. Hasil dari kreasi musiknya pun terdengar memikat dan patut dinikmati.

Demi mempererat tali silaturahim, Casey mempersilahkan blog ini untuk membagi-file ketujuh lagunya di Myspace kepada para penikmat shoegaze di tanah air. Casey berharap suatu saat kembali ke Indonesia dan bisa tampil di depan skena lokal, let's hope so!


Download Link

Selasa, 17 Januari 2012

Million Mars

Million Mars, menghembuskan keteduhan sejuk musik dream pop, ambient, dan shoegazing di ibukota. Sensasi menarik dari 5 pria ber-KTP Jakarta, dengan antuasiasme dan komposisi musik yang apik. Bonus satu single spesial dari Million Mars untuk kita semua, siap diunduh!



Band dreampop shoegaze asal Jakarta ini berbekal formula yang telah dirintis Robin Guthrie, pelopor musik dreampop. Million Mars meracik lagu-lagu pembuai telinga yang meruang dan berlapis-lapis.

Vokalisasi Trio (guitar/ vokal) yang tipis di setiap lagu, tersapu oleh musik yang bermodulasi dan 'full reverb attack' dari Rendra Okta (guitar), Fajrial Fitriano (bass), Deden Kurniawan (keyboard/synth), dan Andi Wibowo (drum). Pada laman band ini di Reverbnation (http://www.reverbnation.com/millionmars), terdapat beberapa lagu keren seperti Ellen atau Incents, bisa cepat memikat hati pendengar pertamanya.

Kabar terakhir, mereka masih mengumpulkan materi-materi untuk direkam. Jadi, untuk saat ini silahkan dinikmati dulu sebuah lagu dari mereka, Motive of Kite, sebagai perkenalan manis.

Download Link

Rabu, 11 Januari 2012

Shoegazer Geek: Andi Hans

Selalu santai dan tenang di atas panggung, pria ini dikenal sebagai pendawai gitar utama di band-band menarik seperti C'mon Lennon, Blossom Diary, dan juga band shoegaze ibukota, Whistler Post. Kini, Andi Hans, berbagi pengalaman dan resep meracik kontur sounds yang dieksplorasinya selama ini.

Andi Hans
Gitaris yang telah makan asam garam di banyak band indie di tanah air ini (he had a short stint at the Upstairs in their early days, as their first keyboardist), kini sedang mempersiapkan album perdana dari Whistler Post, dimana dua single mereka turut dirilis gratis di blog ini. Dikenal piawai mengolah karakter sound gitar yang apik dan rapi di atas panggung, Andi Hans berbagi skema routing effects yang selama ini diterapkannya di atas panggung;

Fender Jazzmaster (Japan) -->Boss NS-2 --> Dunlop Cry Baby --> TS 9dx --> Boss HM-2 --> Boss Chorus Ensemble --> Carl Martin Surf Trem Vintage --> Electro Harmonix Stereo Memory Man with Hazarai Looping
 
Additional gears: Ebow, Fender Mustang (Japan/40th Aniversary)

Talking About Noise

Berikut tanya jawab dengan Andi Hans akan petualangannya meracik sound gitar di berbagai band berbeda karakter, taktik simpel menjaga sound gitar di atas panggung, sampai faktor Weezer dan Iyub Sugarstar seperti selalu menghantuinya..(merinding)


1. Seperti apa sih eksplorasi skema efek2 lo, baik di wp maupun pada band-band lo lain sebelumnya, seperti cmon lennon dan blossom diary? 
Di WP eksplorasi skema efek2 gitar gue bisa lebih banyak dibanding band2 sebelom gue seperti di C’mon Lennon dan Blossom Diary. Dan berhubung di WP gue udah mulai rajin menabung, jadi bisa beli efek yang berguna dan bakalan kepake di lagu2nya. Jadi ya pemakaian efek di sesuaikan dengan lagu2 di WP. Skema efek gue di WP itu sama seperti waktu di Blossom Diary di EP About a Poor Boy, gak terlalu Shoegaze banget, jarang juga maenin sound reverb yg berlapis2. Sesekali aja gue maenin sound seperti itu  karena sesuai dan cocok sama lagunya. Di lagu2 WP sound2nya masih bertema British kadang juga bertema Alternative 90an ke wijer2an (baca Weezer2an *band Weezer :ppp) gak deeeng… hahaha

Kalo dulu waktu di C’mon Lennon skema efek gue simple banget cuma ada 1 efek Boss Distorsi disitu, yaitu Boss Turbo Distortion DS-2 . Dan kalo lo pernah dengerin lagu C’mon Lennon – Adiksi. Itu cuma permainan pada saat rekaman aja, efek gue pada saat itu cuma satu. Yaitu Boss DS-2. Tiap kali maenin Adiksi di panggung, lumayan bingung mau miripin sound gitar gue kayak waktu di rekaman adiksi hehehe… akhirnya gue suruh Iyub Sugarstar / Santa Monica maenin dari bawah panggung dan gue tinggal acting maen gitar doang hahahaha (boong lagi deeng)

Di Blossom Diary explorasi skema efek gue mulai naek level, karena sound2 efek juga harus cocok sama lagu2 mereka, jadi harus cermat dalam memilih2 efek dan sound2nya :p. di EP About a Poor Boy sound2nya masih bertema sound2 British, contohnya seperti di lagu About a Poor Boy, dan cuma ada satu lagu dengan sound efek Shoegaze 90an dengan efek reverb digabung sama delay plus chorus seperti di lagu “Four of Us”.

2. Lo memakai memory man plus hazarai, ada alasan dan apa yang bisa diperoleh dengan efek tersebut, ketimbang memory man biasa.
Gue pake memory man plus hazarai itu karena bisa looping. jadi kalo lo pake pilihan looping di efek itu, lo seperti bisa maenin 2 part gitar yg berbeda, yg satu lagi adalah part yg udah lo set dengan nada yg looping berulang2, lalu part yg 1 lagi adalah part yg gue maenin langsung… bingung yah?? Buka youtube aja :p

3. Lo dikenal rapi dan terjaga, dalam sound dan permainan ketika di atas panggung, bahkan di tempat acara dengan ampli kelas tiga hahaha apa sih resep rahasianya hehe baik bersifat teknis maupun non teknis haha kali pake pelet apa :))
resep rahasianya adalaaaah… gak apal kunci2 gitar sama sekali Hehehehe… gue cuma apal kunci gitar c d e f g a b, selebihnya nebak2 nada aja. dan satu lagi resepnya adalah gak pernah ngulik sound2 ampli, gue setting ampli juga selalu nebak2, dan lagi2 gue nyuruh Iyub Sugarstar / Santa Monica buat nyetingin ampli gue hahaha (boong lagi deeeng) . gue cuma setting Low Mid Bass itu ke angka arah jarum jam 12. jadi kalo semuanya udah enak di kuping ya udah tinggal maen aja

4.Efek pertama yang lo punya?
Efek pertama cuma punya Boss Turbo Distortion DS-2

5.Lo memakai gitar fender jazzmaster jepang, bnyk yg komplen soal bridge dan tremolo system yang rada ringkih, ada pengalaman?
betul sekali bung peter… tremolo systemnya suka kendor. karena gue dapet gitarnya juga seken, dan mungkin udah bermasalah dari orang tangan pertamanya. jadi kalo lo gak maenin hati2, abis lo maenin tremolonya lalu gak nyadar steman gitar lo bisa berubah fals. Kalo lo males servis, cara maeninnya gini aja, karena tremolo fender Jazzmaster itu cuma bisa dimaenin dengan menekan tremolo tersebut ke arah dalam, dan ada semacam switch di bagian badan tremolo sistemnya, nah biasanya gue pake switch yg paling depan, jadi pada saat lo maenin handle tremolonya bakalan menahan untuk supaya gerakan tremolonya gak terlalu menekan kedalam, kalo switch yg kearah belakang itu memungkinkan lo untuk menggoyang tremolo lo lebih leluasa lagi sampe2 lo lupa maenin terlalu keras jadinya per di dalem tremolo itu jadi kendor berlebihan.

-----------

Check out his music with Whistler Post at www.myspace.com/whistlerpost 

Selasa, 10 Januari 2012

Shoegazing on Peel Session

Sebuah program musik di radio BBC1, Peel Session menjadi acara legendaris yang dikenang sepanjang masa. Diasuh oleh John Peel, pemandu acara dengan selera musik eklektik, berjasa mengangkat pamor band-band shoegaze di era 90-an, tampil live di programnya. 


John Peel
Dari 1967 hingga 2004, selama 37 tahun pria yang ada di poto diatas mengayomi sebuah acara yang bernama Peel Session. Seorang broadcaster legendaris, bersuara hangat, bariton, dan santun setiap kali membawakan program acaranya, yang selalu ditunggu-tunggu oleh anak-anak muda dari gelombang radio FM.

Peel menjadi broadcaster pertama yang memutar lagu-lagu psikedelik dan progresif di daratan Inggris. Ia  berjasa mempromosikan band-band non mainstream yang ada di AS dan Eropa, dan benua lainnya; apapun itu bandnya, mulai dari pop, reggae, grindcore, grunge, hardcore punk, punk, alternative, dance musik, hip hop, hingga shoegaze.

The Electric Adolescent
Program acaranya dikenal selalu diselingi penampilan live dari band-band. Bisa dikatakan, Peel dan timnya piawai mengolah hasil sound dari penampilan band-band tersebut. Saya tak sengaja membuka Youtube, dan menemukan lagu Curve berjudul Superblaster dan Kitchen of Distinction berjudul Blue Pedal dari Peel Session, begitu apik dan atmosferik, untuk sekelas siaran live di radio era 90-an.

Begitu banyak band shoegaze di era 90-an pernah singgah di studio radio Peel. Ini baru secuil dari sekitar 2000 lebih musisi yang pernah direkam secara live oleh Peel selama masa baktinya. Saking hormatnya, Kevin Shields pernah berucap, 'John Peel was our universe'. Gitaris MBV ini bahkan rela berdiri diluar radio BBC selama 4 jam demi menunggu 'Peelie' -nickname Peel- keluar dari kantor radionya, di tahun 1985.

Peelie, the Ol' Man

Pada 25 October 2004, Peel wafat akibat serangan jantung, saat berusia 65 tahun. Pemakamannya dihadiri oleh ribuan pelayat, diramaikan oleh para musisi dari band-band yang pernah tampil diacaranya. Nisannya bertuliskan "Teenage dreams, so hard to beat", dari sebuah lirik lagu Teenage Kicks, dari The Undertones. Jutaan anak muda, begitu berutang banyak atas pria satu ini.

So, berikut dibawah ini, saya ingin berbagi link rekaman live dari beberapa band shoegaze 90-an yang tampil di Peel Session, selamat menikmati!

Moose at Peel Session 9/6/91

Boo Radleys at Peel Session 30/7/90
My Bloody Valentine at Peel Session 25/9/88
Ride at Peel Session 29/9/90
Curve at Peel Session 10/3/91 & 11/2/92