Senin, 09 Maret 2015

Petisi Datangkan Ride dan Slowdive!

Sebuah petisi online diluncurkan oleh oknum tak dikenal, mengajak masyarakat untuk mendukung sebuah konser Ride dan Slowdive di Indonesia.

klik!

Akhirnya ada yang nggak tahan untuk membuat sebuah petisi online mendatangkan Ride dan Slowdive ke Indonesia. Request yang sebenarnya bakal membuat para promotor berkerut kening mengingat kurang familiar kedua nama band tersebut bagi mereka.

Ride

Meski begitu, niat ini semoga bisa bersambut, setelah sempat ada gerakan mendatangkan Jesus and Mary Chain dari Singapura ke Jakarta, namun kandas karena satu hal penuh intrik, lalu juga menghadirkan Slowdive yang sempat ke Singapura namun tak ada yang berani dengan urusan balik modalnya.

Silahkan ikuti petisi online ini, semoga suara kita terdengar oleh para promotor, ketika negeri ini sudah tidak mendengar keluh kesah rakyat jelata. Ya ya ya..

Rabu, 04 Maret 2015

Arian13 - Liner Notes Holy Noise

Tulisan dibawah ini adalah isi dari liner notes kaset kompilasi shoegaze lokal yang ditulis oleh Arian13, vokalis band Seringai. Saya rasa penting untuk diposting di blog ini ketika Arian13 bercerita tentang historis awal keberadaan musik shoegaze dan band-bandnya di Indonesia, termasuk soal band metal dan musik shoegaze!



Dua puluh lima tahun lalu, tidak ada scene independen, apalagi scene indiepop atau shoegaze. Kecenderungan musik di era '90an pada waktu itu adalah metal dan punk rock yang kerap disebut sebagai musik underground, yang memang secara networking sudah mapan sehingga eksistensi para band-band ini cenderung lebih 'mudah'.

Besar di Bandung, saya beruntung mendapat kesempatan melihat Cherry Bombshell formasi awal dengan vokalis Alexandra Wuisan di penghujung tahun '90an. Karakter vokal Sandra, begitu membius dan menghanyutkan, sedikit mengingatkan saya kepada Cocteau Twins. Bersama Alexandra, Cherry Bombshell sempat merilis sebuah mini album dalam format kaset, 500 keping dan tidak pernah dirilis ulang lagi.

Tidak lama Alexandra mengundurkan diri, dan membentuk Sieve, yang sayangnya tidak lama aktif namun saya beruntung mendapatkan rilisan kasetnya, Biara, dan sempat menonton live mereka beberapa kali. Ketika Sieve eksis, sudah ada band The Milo, yang mengambil jalur musik yang sedikit berbeda dengan Sieve tapi searah. Sedikit ethereal dreampop, shoegaze, dengan sentuhan goth.

Sieve
Frontman/gitaris The Milo, Ajie Gergaji, dulu merupakan gitaris band metal/alternatif Life At Pawn, dimana drummernya, Edy Khemod, kini adalah drummer Seringai. Dan mengingat motor/gitaris Cherry Bombshell, Harry Ajo, juga adalah gitaris Puppen, saya pikir dulu scene musik underground awal memang cukup openminded. Semangatnya, adalah saling dukung atau membuat proyek musik yang berbeda dengan musik yang biasa dimainkan, dalam hal ini metal atau punk rock.

Saya jadi teringat foto band di album band grindcore Napalm Death Utopia Banished, dimana gitaris Mitch Harris mengenakan sebuah t-shirt Curve, dan interview Justin Broadrick dari Napalm Death/Godflesh yang menyebutkan kalau My Bloody Valentine adalah salah satu musik favoritnya. Pada saat itu, informasi seperti ini adalah mindblowing. Mungkin hal-hal seperti ini dulu seperti 'mendorong' para musisi underground lokal untuk memproduksi musik lain diluar metal atau punk rock.


Justin Broadrick - Napalm Death

Anyway. Fast forward lima belas tahun silam di Jakarta, yaitu scene BB's dan Parc, dua bar yang rajin mengadakan event-event musik non mainstream. Dari The Upstairs, Sajama Cut, That's Rockafeller, hingga The Sastro. Salah satu yang menyita perhatian saya adalah ketika menonton Sugarstar. Aransemen dan sound mereka sangat bagus. Band shoegaze ini sebenarnya sudah eksis sebelum scene BB's dan Parc ada, dan memang saya pernah mendengar band ini direkomendasikan oleh seorang teman. Membuat saya bertanya-tanya, di Indonesia sudah sebanyak apa ya scene musik seperti ini? Dari beberapa kota besar, mungkin ada band-band sejenis, tapi sayangnya seperti Sugarstar, jarang ada yang akhirnya merilis rekaman dan terdokumentasikan secara rekaman.

Sugarstar
Fast forward 10 tahun lagi, hari ini. Yang sedang kalian pegang sekarang adalah sebuah kompilasi shoegaze pertama dari Indonesia. Kompilasi indie pop cukup banyak, tapi kompilasi yang spesifik mendokumentasikan band-band shoegaze/dreampop yang signifikan, adalah kaset yang sedang kalian pegang ini.

Menakjubkan mendengarkan satu demi satu sound shoegaze/dreampop yang berbeda. Dari old timers seperti Ajie Gergaji, Elemental Gaze, Poptart, hingga yang terbaru seperti Seaside dan Treasure Hiding. Beberapa band malah berisikan pemain-pemain lama! Tetapi tetap saja, exciting. Menyenangkan mendengarkan band yang membawakan musik yang tidak umum ini. Saya berharap semua band yang ada di dalam kompilasi ini berhasil merilis album, dan bahkan aktif dalam waktu yang lama. Masih banyak pekerjaan rumah kita untuk membuat scene ini lebih hidup, dan tidak ada yang bilang itu sebuah hal yang mudah. Let's go.


- Arian13, Seringai