Ride di Roundhouse |
Arian13 telah dikenal penikmat musik shoegaze. Bagi yang punya kaset kompilasi shoegaze lokal Holy Noise bakal paham jika membaca liner notes yang ditulisnya. Setelah sukses nonton Slowdive, MBV (gue tebak aja sih, tapi pasti udah nonton hahaha), dan akhirnya Ride, pemilik moto #HidupAdalahKonser ini punya kesan tersendiri tentang konser reunian band shoegaze lawas asal Oxford ini.
Silahkan dinikmati!
1.
Ceritaain dong awal mula lo berniat nonton Ride yang sekarang sedang tur
reunian.
Justru awalnya gue nggak tahu ada konser
reuni Ride ini di London, tahunya mereka akan reuni di Primavera Festival di
Barcelona, Spanyol. Gue ada jadwal menonton Swans dan Temples Festival di UK,
dan ternya ta ketika sedang membeli tiket konser Swans, di venue yang sama ada
konser reuni Ride. Excited, tapi pas
dicek ternyata tiketnya sudah sold out.
Ketika sudah di London, teman kami memberi tahu kalau ada beberapa tiket yang
masih available tapi sedikit lebih mahal, dan akhirnya kami beli saja. Dan
ternyata di Roundhouse mereka masih menyediakan tiket untuk mereka yang tidak
bisa order online walaupun harganya juga lebih mahal daripada harga tiket yang
kami beli. Ya akhirnya malam itu kami berhasil menonton Ride.
2. Berapa harga tiket
Ride-nya?
Harga
tiket yang gue dapat itu 27 pounds, harga aslinya 25 pounds. Harga di venue pas
hari H, 30 pounds.
3. Sempat beli merchandise
nya Ride gak di lokasi konser?
Iya,
beli, tour edition.
4.
Sejak kapan lo suka Ride, dan apa yang bikin lo suka, secara lo dikenal sebagai
penikmat musik keras.
Dari era '90an gue memang sudah
mendengarkan musik-musik seperti ini. Indie pop, twee pop, shoegaze dan lainnya
selain metal dan punk. Suka musiknya, biasa saja sama fashionnya. Pada dasarnya
memang gue suka berbagai musik hanya saja kalau passion gue memang musik metal dan punk rock. Ketika lo
mendengarkan Slowdive, Lush, My Bloody Valentine begitu kan pasti akhirnya
terkait juga dengan Ride. Dulu pertama dengerin ya album Nowhere, awalnya suka memang dari hitsnya, "Vapour Trail"
dan "In A Different Place". Dapet CDnya, tapi nggak ingat dulu beli
atau dapat dari mana/siapa.
5.
Kesan lo saat nonton live Ride, kayak apa sih? Seberapa epic mereka manggung di
depan mata lo.
Malam itu mereka tight sih, tidak seperti band yang sudah lama tidak manggung. Setlist-nya
ok, walau ada beberapa lagu yang gue berharap dibawakan tapi ternyata nggak.
Durasinya sekitar 1.5 jam, standar lah. Tapi kalau boleh gue bandingkan,
kerenan konser Slowdive di Singapura tahun lalu, terutama soundnya. Atau
mungkin karena memang gue lebih suka sama Slowdive kali ya. Haha.
6.
Penampilan mereka kayaknya rada kalem yah (secara sudah berumur juga sih),
bagaimana dengan tingkat kebisingan mereka?
Mereka nggak terlalu bising, kecuali
bagian noise-nya sih. Maksudnya,
sound systemnya besar dan kencang, tapi bukan kayak bising seperti konser My
Bloody Valentine atau Sunn O))). Kalau mereka kalem, bukannya dari dulu live
mereka memang kalem ya?
Yang seru itu pas nunggu mereka on stage
di teras luar atas di Roundhouse, nampaknya banyak scenester-scenester indie pop London yang reuni, udah pada tua-tua
gitu. Nggak kayak konser-konser metal, para old
school-nya ini nggak banyak yang pakai tshirt band. Ada sih beberapa yang
masih pakai tshirt band atau berdandan cutting
edge, tapi nggak banyak. Dan surprisingly
nggak banyak anak muda atau juga hipster yang menonton konser reuni Ride.
Mungkin mereka hanya muncul di festival-festival musik, sementara kalau waktu
itu memang die hard fans-nya Ride saja yang datang.
7. Penuh gak yang nonton
konser Ride?
Roundhouse
venue besar, dan penuh dan tidak sesak. Sepertinya tidak sold out tiketnya, tapi ya itu, penuh.
8. Kira2 band macam Ride
atau Slowdive bisa dibawa gak yah sama promotor lokal hahaha
Kalau
event festival gue rasa bisa. Tapi kalau die hard fansnya yang beli tiket hanya
1000-1500 orang.. bad business.
9.
Moto lo, #HidupAdalahKonser. Ceritain dong soal
Hidup Adalah Konser. Sejak kapan lo menjalani 'umroh' ini, konser pertama lo
apa, lalu setiap tahun apa lo ada target harus nonton konser?
Sejak gue nonton konser Slayer formasi
original di Singapura tahun 2006 nampaknya. Sejak itu sering menyisihkan uang
buat nonton konser di luar. Kalau target, mungkin mulai sejak tahun lalu ketika
melihat headliners awal Temples Festival dan Hellfest. Akhirnya memberanikan
diri berangkat walau hanya sendirian. Tahun depan sih kalau berhasil menabung
lagi ingin datang ke Maryland Death Fest di USA. Kalau 'hidup adalah konser'
itu lebih ke ungkapan gue untuk mereka yang mengejar passion-nya menonton musik live keluar negeri, mereka yang memang
niat banget mengejar menonton band-band favoritnya yang rasanya punya
kemungkinan kecil untuk main di Indonesia atau Asia Tenggara.
10.
Di sosmed lo sering banget tiba-tiba di luar negeri nonton konser. Kasih dong
tips dan trik buat kita-kita (tsah!) bisa merasakan serunya nonton konser di
luar negeri hahaha
Tips pertama: rajinlah menabung! Haha. Nggak
ada trik sih, kalau sekalian liputan juga rasanya media musik lokal nggak
banyak ngasih kemudahan kecuali band/musisinya mainstream. Ya kalau gue sih,
nonton konser ke luar itu sekalian traveling. Jarang gue traveling keluar kalau
nggak sekalian nonton konser. Memang enaknya sih sekalian pas summer, karena
banyak festival kan. Kalau akomodasi bisa diakali sih akan lebih enak dan irit
ya. Gue karena nggak mau rugi, akhirnya banyak
ke museum juga, apalagi rata-rata gratis kan.
11. Dari berbagai band
shoegaze yang reunian, band apa yang menurut lo paling bersyukur telah
nontonin, atau berharap bisa reunian?
Slowdive,
tentu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar