Dua tahun silam, beberapa teman meracik sebuah acara bertema Tribute to 90's Shoegaze, di sebuah kafe Prost di bilangan Kemang yang kini sudah tutup. Delapan band shoegaze Jakarta dan Bandung menampilkan lagu-lagu lawas shoegaze dari era 90-an. It was a fascinating and memorable show, and sold out! Berikut artikel dari Dede, ketika meliput acara tersebut untuk blog wastedrockers.
Setelah beberapa kali diadakan acara tribute to Britpop, akhirnya untuk pertama kalinya scene indie-rock Jakarta (yang berkiblat ke Inggris) mengadakan acara tribute to shoegazers era awal 90-an. Acara ini digelar oleh Creation (no, ini bukan Creation Records yang legendaris itu loh!… :p). Memang di Inggris ketika awal 90-an, Shoegazing music sedang menggaung keras-kerasnya bersama dengan scene dance/drug/rave/Madchester di kota Manchester, sebagai counter-attack dari serangan invasi band-band Amerika lewat Seattle-Sounds/Grunge kala itu. Begitu pula beberapa tahun kemudian, Alternative-Rock/Post-Grunge dari Amerika vs Britpop dari Britania Raya… Yah, semua ini hanyalah buatan dari para jurnalis musik saja. Toh kedua scene itu juga saling mempengaruhi satu sama lain…
Saya sampai di venue pas sekali ketika Sharesprings sedang di pentas dengan meng-cover lagu-lagu dari Pale Saints yang energik itu, plus lagu dari Sharesprings sendiri. Acara dilanjutkan dengan tampilnya Damascus, band dari master-mind acara ini, yakni Peter. Damascus tampil dengan membawakan lagu-lagu dari Swervedriver yang noisy dan keras itu. Well, tidak semua jenis shoegazing itu pelan. Bahkan kalau kalian search lebih dalam lagi, justru root dari shoegazing itu datang dari scene indie-rock/noise-pop/post-punk USA era 70-80an! Makanya band-band shoegazer generasi pertama sound-nya rata-rata raw & noisy.
Setelah Damascus tampil, kini giliran Avenue, band post-rock/space-rock/bliss-pop dari Bandung. Mereka tampil dengan meng-cover lagu-lagu dari Chapterhouse. Yang ini agak janggal, mengingat kalau musik dari Chapterhouse lebih funky & dancey (yang terpengaruh oleh scene Madchester/pre-Britpop kala itu), berbeda dengan karakter musik dari Avenue yang gelap.
Mellon Yellow selanjutnya yang naik ke panggung setelah Avenue tampil. Mellon Yellow di sini meng-cover lagu-lagu dari tiga EP pertama Moose (ketika musik Moose masih shoegazing, karena setelah itu arah musiknya berubah menjadi jangle guitar-pop). Padahal Mellon Yellow banyak mengambil pengaruh dari Slowdive lho!… (nama band mereka diambil dari judul lagu Slowdive :p) Selepas Mellon Yellow, kini giliran Jelly Belly, droning-goth-heavy-shoegazer asal Bandung yang siap meng-cover lagu-lagu dari Slowdive. Sempat terjadi kesalahan teknis di sektor gitar, tapi mereka tetap bisa membius penonton dalam keheningan dari ethereal music yang mereka sajikan.
Selanjutnya tampil salah satu head-line band dari show ini, yakni Negative Lovers yang tampil membawakan lagu-lagu dari The Jesus And Mary Chain. Perhatian semua penonton tertuju pada outfit yang mereka kenakan; semua personil band ini bergaya ala (young) Elvis Costello, 70’s punk-rockers (jaket kulit, celana jeans hitam ketat, sepatu boot, plus kaca mata hitam), atau The Jesus And Mary Chain?… :p Juga gaya ala Richard Hell dari vokalis mereka. Cool. Karena musik dari TjaMC yang mereka mainkan noisy dan punkish, maka para penonton pun tak bisa menahan diri untuk melakukan stage-diving juga moshing! Pertama kali stage-dive ada di Indonesian shoegaze show. Salut. Kini giliran Blossom Diary yang tampil sesudah Negative Lovers. Blossom Diary di sini tampil untuk memainkan lagu-lagu dari Ride yang tentunya merupakan favorit dari para penonton! Ya, memang di Indonesia shoegazing music dikenal karena jasa beberapa band besarnya saja, yakni My Bloody Valentine, Ride, Catherine Wheels, Lush, & Slowdive (karena dulu, beberapa album dari mereka juga sempat ada di toko-toko kaset lokal). Blossom Diary banyak memainkan lagu dari album klasik Ride yakni Nowhere (1990), termasuk hit “Vapour Trail” untuk menutup set mereka.
Band penampil terakhir The Milo, pionir shoegazing Indonesia asal Bandung, akan memainkan lagu-lagu dari My Bloody Valentine! Tapi sayang, di sini mereka hanya memainkan dua lagu saja dari MBV yaitu “Come in Alone” & “When You Sleep” (i’m begging for “What You Want” guys, please!… – ed). Selebihnya The Milo memainkan lagu-lagu hits mereka juga beberapa buah lagu barunya. Herannya, penonton masih sibuk ber stage-diving!… (in The Milo gig? :p). Mudah-mudahan dari event ini, scene shoegazing di Indonesia semakin eksis, juga menghasilkan band-band yang bagus…
Dede - Wastedrockers.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar