Sebuah kreasi remix single Mellonyellow, berjudul The Longest Yard, dengan sensasi TeenagePorn! Dengarkan remix dari salah satu materi EP Milk Calcium ini.
Diracik ulang dengan polesan sampel distorsi noise guitar yang bagi saya mirip-mirip Brad Laner, gitaris band shoegaze lawas, Medicine. Laner memang terkenal dengan eksperimentasi noise pada gitarnya yang artistik dan banyak mengandalkan looping, terutama ketika dia berkarir solo ria, setelah Medicine tamat. Beberapa bagian verse yang dinyanyikan Bagus, menjadi salah satu mosaik ditengah tabrakan template noise di lagu ini.
"berusaha mengemas ulang dengan memakai elemen noise, cukup bikin hati saya tersentuh. Jujur, dari hati yang terdalam, ehmm, nggak begitu dalam sih, tetapi lumayan dalam. Enjoy keberisikannya!" (Marr - Howdoesitfeeltofeel1979.blogspot.com)
Download Link
Rabu, 31 Agustus 2011
Minggu, 28 Agustus 2011
Slylab - Singles
Slylab menyajikan sensasi evolusi dari shoegaze di era 2000-an. Memadukan ethereal, dream pop, dan electronica. Berikut review Dede dari Wastedrockers akan band ini dan rilisan EP-nya (free download).
Slylab sudah berdiri sejak tahun 2005 di Bandung. Setelah beberapa kali mengalami pergantian personil, akhirnya kini Slylab fix berpesonilkan tiga orang yakni: Dean (programming / synth / keyboard), Rayhan (guitar / back-voc) & Devita (lead-vocal) dari band gothic-metal / funeral-doom Terrible Symphonic / Armour dan shoegazing / slowcore band JellyBelly.
Di single-album Singles ini, musik dari Slylab lebih terasa ethereal / darkwave. Lebih gloomy, lebih melayang-layang dan lebih gelap. Atmospheric music dengan ethereal female-vocal yang dibalut oleh beat-beat electronic-music yang glitchy. Kesan goth / darkwave di Slylab mungkin didapat karena jenis vokal dari Devita yang ethereal, ini terlihat dari dua band terdahulu yang ia singgahi.
"Slylab berhasil memadukan gelombang baru dreampop / nu-gaze kekinian dengan gerakan darkwave / goth era 80-an" (Dede - Wastedrockers.wordpress.com)
Download Link
Slylab sudah berdiri sejak tahun 2005 di Bandung. Setelah beberapa kali mengalami pergantian personil, akhirnya kini Slylab fix berpesonilkan tiga orang yakni: Dean (programming / synth / keyboard), Rayhan (guitar / back-voc) & Devita (lead-vocal) dari band gothic-metal / funeral-doom Terrible Symphonic / Armour dan shoegazing / slowcore band JellyBelly.
Di single-album Singles ini, musik dari Slylab lebih terasa ethereal / darkwave. Lebih gloomy, lebih melayang-layang dan lebih gelap. Atmospheric music dengan ethereal female-vocal yang dibalut oleh beat-beat electronic-music yang glitchy. Kesan goth / darkwave di Slylab mungkin didapat karena jenis vokal dari Devita yang ethereal, ini terlihat dari dua band terdahulu yang ia singgahi.
Slylab |
"Slylab berhasil memadukan gelombang baru dreampop / nu-gaze kekinian dengan gerakan darkwave / goth era 80-an" (Dede - Wastedrockers.wordpress.com)
Download Link
Rabu, 24 Agustus 2011
Belladonna
Belladonna. Band shoegaze Jakarta bernama cantik ini seperti tertidur dan tak terdengar lagi kabarnya. Di page Myspace, mereka sempat menyatakan terbangun dari tidur selama lima tahun dengan formasi terawal.
Belladonna terlahir pada tahun 2003, ditengah suasana kampus di kota Jakarta. Beberapa kali mengalami perubahan formasi dan sempat menjadi trio, Belladonna kembali pada formasi terawal, Coxon (gitar), Prima (gitar dan kibor), Dimas (drum), Mahadevi (bas), dan Indro (kibor dan gitar). Materi mereka bercorak oleh sensasi ambient dan soft reverb a la Cocteau Twins, Slowdive, My Bloody Valentine, The Radio Dept, ataupun Eternal, seakan mewakili sisi teduh dari skena shoegazing di Jakarta.
Berikut lagu-lagu Belladonna dari page Myspace mereka yang berhasil dirip dan siap untuk diunduh, dan telah direstui oleh Prima, yaitu, Alma Voga and Stella, Belladonna, Morning Sunshine, Lovelorn, dan Beauty of Life is..
Download Link
Belladonna (on their second line-up) |
Berikut lagu-lagu Belladonna dari page Myspace mereka yang berhasil dirip dan siap untuk diunduh, dan telah direstui oleh Prima, yaitu, Alma Voga and Stella, Belladonna, Morning Sunshine, Lovelorn, dan Beauty of Life is..
Download Link
Minggu, 21 Agustus 2011
Beach Weds - S/T (EP)
Bagus Senoadji adalah vokalis dan gitaris dari Mellonyellow. Beach Weds adalah sisi lain dari Bagus yang turut menyapih warna musik Mellonyellow. Direkam lo-fi, dengan dua lagu yang ber-DNA sensasi shoegaze minimalis.
Dirilis Heyho Records, album EP Beach Weds ini diedarkan secara terbatas. Direkam di kamar Tyo, drumer Mellonyellow sekaligus bos dari label, mengesankan minimalisnya pengerjaan album ini. Namun meski terkesan lo-fi, hasilnya tak mengecewakan. Bagus menerjemahkan ide-idenya berjudul Please dan Out of Love dengan sebuah gitar Fender Jazzmaster tanpa ampli langsung ke komputer, dibantu sampling loop drum.
"I suggest you to not put much expectation on Bagus. At least he wrote something really sweet in this month, in a particular way - of course" (Tyo - Heyho! Records)
Download Link
Bagus Senoadji |
Download Link
Jumat, 19 Agustus 2011
Japanese Whispers with Texas Pandaa (JPN), MellonYellow and Paraparanoid
Sebuah acara keren bakal berlangsung di kota Gudeg. Band shoegaze Jepang, Texas Pandaa siap dalam Texas Pandaa Indonesia Tour 2011 bersama band shoegaze Jakarta, Mellonyellow, dan band indiepop tuan rumah, Paraparanoid. Gratis dengan undangan terbatas!
Monday, September 19
7:00pm - 9:30pm
Lembaga Indonesia Perancis
Sagan St no. 3
Djogjakarta, Indonesia
This is a free gig with limited invitation. You may pick the invitation at the venue (LIP Yogyakarta) starting from Monday, September 5th onwards. The LIP auditorium can accommodate up to 200 people only hence the invitation is very limited. So make haste.
For those who lives outside Yogyakarta you can pre-order the invitation by sending the following datas to our mailaddress:
1. full name
2. contact number and address as shown on your ID card
3. the number of invitation (max 3)
If we find a great interest from people outside Yogyakarta, please remember that we will probably need you (people outside YK) to transfer us a certain amount of money as bail that will be fully returned at the gig.
Gate will be closed during show. So make sure you will come in time.
Address any inquiry to:
commonpeopleyk@gmail.com or
Bandenk (085643507445)
This event/ gig is a series of Texas Pandaa Indonesia Tour 2011 which includes Bandung on September 17 also. Further info about Bandung gig will be informed separately.
Follow us on Twitter to get in touch: @commonpeopleyk
For those who lives outside Yogyakarta you can pre-order the invitation by sending the following datas to our mailaddress:
1. full name
2. contact number and address as shown on your ID card
3. the number of invitation (max 3)
If we find a great interest from people outside Yogyakarta, please remember that we will probably need you (people outside YK) to transfer us a certain amount of money as bail that will be fully returned at the gig.
Gate will be closed during show. So make sure you will come in time.
Address any inquiry to:
commonpeopleyk@gmail.com or
Bandenk (085643507445)
This event/ gig is a series of Texas Pandaa Indonesia Tour 2011 which includes Bandung on September 17 also. Further info about Bandung gig will be informed separately.
Follow us on Twitter to get in touch: @commonpeopleyk
---------------------------------------------------
Texas Pandaa - http://www.myspace.com/texaspandaa
Mellonyellow - http://www.myspace.com/mellonyellow
Paraparanoid - http://www.myspace.com/paraparanoidmusic
Kamis, 18 Agustus 2011
Ansaphone - Fading Away (Single)
Band shoegaze asal Bandung ini bersiap merilis album kedua pada tahun 2011. Tetap mewakili karakter shoegazing kota Kembang yang dreamy, Ansaphone menghadiahi sebuah singel terbaru mereka untuk kita semua.
Seperti yang sudah dirintis senior mereka di Bandung, Themilo, band ini melestarikan keteduhan shoegazing yang dominan oleh corak ambient. Ansaphone juga tak sungkan merasuki aransemen musik mereka dengan sedikit elemen postrock yang dramatis. Band yang dihidupi oleh Ans Jajat (vokal, gitar), Ricky (gitar), Adhit (Gitar), Domon (bas), Koi (drum) dan, Ilham FR (kibor) ini akan bersiap menghibur dengan album kedua yang belum diketahui judul resminya. Pastinya, bisa diintip lewat singel terbaru berjudul Fading Away.
Ansaphone - Fading Away
Download Link
Seperti yang sudah dirintis senior mereka di Bandung, Themilo, band ini melestarikan keteduhan shoegazing yang dominan oleh corak ambient. Ansaphone juga tak sungkan merasuki aransemen musik mereka dengan sedikit elemen postrock yang dramatis. Band yang dihidupi oleh Ans Jajat (vokal, gitar), Ricky (gitar), Adhit (Gitar), Domon (bas), Koi (drum) dan, Ilham FR (kibor) ini akan bersiap menghibur dengan album kedua yang belum diketahui judul resminya. Pastinya, bisa diintip lewat singel terbaru berjudul Fading Away.
Ansaphone and friends |
"Song's structure yang di-compose dengan begitu apiknya, memadukan petikan-petikan, kocokan gitar berbalut efek-efek modulasi yang cukup proporsional.... kesemuanya memberi pengaruh besar terhadap sound secara keseluruhan dalam memberi kesan 'dreamy'!" (wethepeople-hxc.blogspot.com)
Ansaphone - Fading Away
Download Link
Rabu, 17 Agustus 2011
Shoegaze dan Postrock, Dua Hal Berbeda.
Kedua genre turunan dari alternative rock ini kerap mengalami miskonsepsi di skena lokal. Terkesan campur aduk, dan terjadi labelisasi sekenanya tanpa memahami konteksnya. Shoegaze dan post rock tak lain dua entitas yang berbeda sama sekali, meski sama-sama turunan DNA dari alternative rock.
Sebuah posting di wastedrockers, berhasil memancing atensi saya. Judulnya Grunge Gods Live II, sebuah acara grunge di Kemang yang direview oleh Dede. Artikel bercerita tentang tema acara penghormatan terhadap Nirvana, Alice in Chain, hingga Pearl Jam, dengan line up band-band lawas plus beberapa selebritis musisi. Serunya, Dede mengkritik pedas, acara tersebut tak lebih sekadar kumpul-kumpul orang-orang yang hanya mendengarkan band-band mainstream saja, tapi tak kenal para bandit sesungguhnya dari Grunge, seperti Bikini Kills ataupun Blood Circus.
Saking pedasnya, komentar tajam mengalir di postingan tersebut. Mulai dari yang emosional hingga berkepala dingin. Dede sebenarnya gelisah saja atas minimnya apresiasi dan keingin tahuan skena lokal terhadap musik mereka. Terkesan subyektif dan bicara selera musik. Namun jika sekadar bicara selera saja tanpa memahami esensi dan sejarah dari apa yang kita nikmati selama ini, malah terkesan banal dan kering.
Kegelisahan ini sempat dialami beberapa rekan tentang skena shoegazing lokal, sekitar tiga tahun lalu. Ketika itu, banyak band-band bernuansa delay dan reverb, langsung dianggap shoegaze. Tema galau dan musik bunuh diri, menjadi labelisasi shoegaze. Postrock itu shoegaze, dan sebaliknya. Begitu sumir dan sekenanya.
Sebuah artikel dari allmusic.com, terposting di blog ini dan menjelaskan secara ringkas dan informatif tentang shoegaze sebagai genre. Wikipedia pun juga memiliki lembar laman yang membahas tentang shoegaze. Allmusic.com bahkan merilis rekomendasi album-album shoegaze dan para artisnya. Sebenarnya ada segudang informasi yang bisa ditemukan di dunia maya tentang shoegaze itu sendiri.
Campur aduknya alias miskonsepsi shoegaze tak muncul tiba-tiba. Pesona Sigur Ros yang semakin merebak pada pertengahan 2000-an, bisa menjadi contoh sederhana. Kontur musik Sigur Ros yang ambient, berbalut delay plus frekuensi tak putus dari e-bow memang mirip dengan Slowdive yang bercorak sama. Gelombang band-band bertipikal sama seperti Sigur Ros, seperti EITS, Hammock, Mogwai dan lainnya menjadi sensasi mengasyikan bagi semua orang, termasuk saya.
Apa yang dilakukan Sigur Ros, dan band postrock lainnya dengan elemen ambient dan meruang ini merebak pada akhir 1990-an dan 2000-an. Komposisi musik postrock bisa lebih dari lima menit, seperti sebuah plot sebuah kisah yang bermomentum. Allmusic.com menyitir postrock sebagai genre eksperimental, yang lebih fokus kepada racikan tekstur dan sound ketimbang struktur dan hook melodik. Postrock sendiri dirintis Talk-Talk dan Slint sejak 1991 dengan meracik jazz, ambient hingga chamber pop, berbeda dengan postrock saat ini yang dikritik allmusic.com tak berkembang dinamis dan dan progresif seperti dekade 1990-an.
Shoegaze sendiri sungguh jauh berbeda. Istilahnya muncul gara-gara labelisasi jurnalis tabloid musik di Inggris di akhir 1989-an yang menyaksikan munculnya gerombolan band-band yang lebih mengedepankan tsunami kebisingan dari gitar dan agak menenggelamkan vokal penyanyinya. Struktur musik mereka lebih simpel sebagai sub genre alternative rock. My Bloody Valentine, Moose, Slowdive, hingga Ride menjadi profil utama dari musik shoegaze.
Genre shoegaze hanya bertahan hingga tahun 1992, setelah gelombang Britpop yang dilakoni Suede cs., merajalela di Inggris dan AS (serta Indonesia) selama lima tahun. Band-band shoegazing ada yang bubar dan vakum, sisanya seperti Boo Radleys dan Lush berhasil berevolusi dan memperpanjang usianya. Namun pada dekade 2000-an, sensasi shoegazing lahir kembali melalui generasi baru seperti Serena Maneesh, A Place to Bury a Stranger, Ringo Deathstarr, hingga Tamaryn. Dan band-band ini justru berbeda sekali dengan Sigur Ros atau EITS. Mereka tetap seperti pada pendahulunya, dengan komposisi simpel dan mengandalkan kebisingan maksimum pada musiknya, distorsi, fuzz, tremolo dan juga modulasi.
Masalahnya, pemahaman yang terbatas dan sempit telah mendistorsi shoegaze dan postrock sebagai dua entitas musik berbeda. Keduanya genre musik yang menarik dan unik, tanpa bermaksud merendahkan satu sama lain. Postrock kebetulan saja juga memakai unsur modulasi delay dan reverb pada lagu-lagunya, yang mana dipakai pula oleh sebagian band shoegaze.
Hanya saja, jika labelisasi shoegazing pada segala musik yang berkesan murni khas postrock hanya karena sama-sama bernuansa meruang dan ambient, dan parahnya diikuti istilah musik bunuh diri dan kegalauan pada shoegaze, malah tampak mendistorsi keeleganan dan keunikkan dari shoegaze dan postrock itu sendiri.
Saat ini, sudah mulai banyak atensi yang semakin memerhatikan diferensiasi dari kedua genre ini. Tiga tahun lalu, sebuah inisiatif dari beberapa teman yang mencoba meluruskan miskonsepsi tersebut dengan membuat sebuah acara Tribute to 90's Shoegaze dengan nostalgia band-band lawas seperti MBV, Slowdive, Ride, Chapterhouse, Moose, hingga Swervedriver! Jelas band-band tadi ada yang jarang disinggung bahkan belum pernah ditampilkan dalam sebuah acara di tanah air.
Tentu kita tidak mau terlihat sekadarnya dalam menikmati musik yang tersimpan di hardisk, ipod, atau bahkan koleksi cd dan vinil di lemari. Lebih detil dalam mengenali apa yang kita sukai, dan memaknainya dengan semestinya, jauh lebih seru ketimbang meracau kesana kemari tentang musik bunuh diri dan kegalauan secara berlebihan. Toh, membunuh diri dilarang oleh setiap agama, bukan!?
I.S.
Sebuah posting di wastedrockers, berhasil memancing atensi saya. Judulnya Grunge Gods Live II, sebuah acara grunge di Kemang yang direview oleh Dede. Artikel bercerita tentang tema acara penghormatan terhadap Nirvana, Alice in Chain, hingga Pearl Jam, dengan line up band-band lawas plus beberapa selebritis musisi. Serunya, Dede mengkritik pedas, acara tersebut tak lebih sekadar kumpul-kumpul orang-orang yang hanya mendengarkan band-band mainstream saja, tapi tak kenal para bandit sesungguhnya dari Grunge, seperti Bikini Kills ataupun Blood Circus.
Saking pedasnya, komentar tajam mengalir di postingan tersebut. Mulai dari yang emosional hingga berkepala dingin. Dede sebenarnya gelisah saja atas minimnya apresiasi dan keingin tahuan skena lokal terhadap musik mereka. Terkesan subyektif dan bicara selera musik. Namun jika sekadar bicara selera saja tanpa memahami esensi dan sejarah dari apa yang kita nikmati selama ini, malah terkesan banal dan kering.
Kegelisahan ini sempat dialami beberapa rekan tentang skena shoegazing lokal, sekitar tiga tahun lalu. Ketika itu, banyak band-band bernuansa delay dan reverb, langsung dianggap shoegaze. Tema galau dan musik bunuh diri, menjadi labelisasi shoegaze. Postrock itu shoegaze, dan sebaliknya. Begitu sumir dan sekenanya.
Sebuah artikel dari allmusic.com, terposting di blog ini dan menjelaskan secara ringkas dan informatif tentang shoegaze sebagai genre. Wikipedia pun juga memiliki lembar laman yang membahas tentang shoegaze. Allmusic.com bahkan merilis rekomendasi album-album shoegaze dan para artisnya. Sebenarnya ada segudang informasi yang bisa ditemukan di dunia maya tentang shoegaze itu sendiri.
Campur aduknya alias miskonsepsi shoegaze tak muncul tiba-tiba. Pesona Sigur Ros yang semakin merebak pada pertengahan 2000-an, bisa menjadi contoh sederhana. Kontur musik Sigur Ros yang ambient, berbalut delay plus frekuensi tak putus dari e-bow memang mirip dengan Slowdive yang bercorak sama. Gelombang band-band bertipikal sama seperti Sigur Ros, seperti EITS, Hammock, Mogwai dan lainnya menjadi sensasi mengasyikan bagi semua orang, termasuk saya.
Post-rock group Sigur Ros performs at a 2005 concert in Reykjavik. |
Apa yang dilakukan Sigur Ros, dan band postrock lainnya dengan elemen ambient dan meruang ini merebak pada akhir 1990-an dan 2000-an. Komposisi musik postrock bisa lebih dari lima menit, seperti sebuah plot sebuah kisah yang bermomentum. Allmusic.com menyitir postrock sebagai genre eksperimental, yang lebih fokus kepada racikan tekstur dan sound ketimbang struktur dan hook melodik. Postrock sendiri dirintis Talk-Talk dan Slint sejak 1991 dengan meracik jazz, ambient hingga chamber pop, berbeda dengan postrock saat ini yang dikritik allmusic.com tak berkembang dinamis dan dan progresif seperti dekade 1990-an.
Shoegaze sendiri sungguh jauh berbeda. Istilahnya muncul gara-gara labelisasi jurnalis tabloid musik di Inggris di akhir 1989-an yang menyaksikan munculnya gerombolan band-band yang lebih mengedepankan tsunami kebisingan dari gitar dan agak menenggelamkan vokal penyanyinya. Struktur musik mereka lebih simpel sebagai sub genre alternative rock. My Bloody Valentine, Moose, Slowdive, hingga Ride menjadi profil utama dari musik shoegaze.
Shoegaze's pioneer, My Bloody Valentine performs at ATP, New York, on 2008. |
Genre shoegaze hanya bertahan hingga tahun 1992, setelah gelombang Britpop yang dilakoni Suede cs., merajalela di Inggris dan AS (serta Indonesia) selama lima tahun. Band-band shoegazing ada yang bubar dan vakum, sisanya seperti Boo Radleys dan Lush berhasil berevolusi dan memperpanjang usianya. Namun pada dekade 2000-an, sensasi shoegazing lahir kembali melalui generasi baru seperti Serena Maneesh, A Place to Bury a Stranger, Ringo Deathstarr, hingga Tamaryn. Dan band-band ini justru berbeda sekali dengan Sigur Ros atau EITS. Mereka tetap seperti pada pendahulunya, dengan komposisi simpel dan mengandalkan kebisingan maksimum pada musiknya, distorsi, fuzz, tremolo dan juga modulasi.
Masalahnya, pemahaman yang terbatas dan sempit telah mendistorsi shoegaze dan postrock sebagai dua entitas musik berbeda. Keduanya genre musik yang menarik dan unik, tanpa bermaksud merendahkan satu sama lain. Postrock kebetulan saja juga memakai unsur modulasi delay dan reverb pada lagu-lagunya, yang mana dipakai pula oleh sebagian band shoegaze.
Hanya saja, jika labelisasi shoegazing pada segala musik yang berkesan murni khas postrock hanya karena sama-sama bernuansa meruang dan ambient, dan parahnya diikuti istilah musik bunuh diri dan kegalauan pada shoegaze, malah tampak mendistorsi keeleganan dan keunikkan dari shoegaze dan postrock itu sendiri.
Saat ini, sudah mulai banyak atensi yang semakin memerhatikan diferensiasi dari kedua genre ini. Tiga tahun lalu, sebuah inisiatif dari beberapa teman yang mencoba meluruskan miskonsepsi tersebut dengan membuat sebuah acara Tribute to 90's Shoegaze dengan nostalgia band-band lawas seperti MBV, Slowdive, Ride, Chapterhouse, Moose, hingga Swervedriver! Jelas band-band tadi ada yang jarang disinggung bahkan belum pernah ditampilkan dalam sebuah acara di tanah air.
Tentu kita tidak mau terlihat sekadarnya dalam menikmati musik yang tersimpan di hardisk, ipod, atau bahkan koleksi cd dan vinil di lemari. Lebih detil dalam mengenali apa yang kita sukai, dan memaknainya dengan semestinya, jauh lebih seru ketimbang meracau kesana kemari tentang musik bunuh diri dan kegalauan secara berlebihan. Toh, membunuh diri dilarang oleh setiap agama, bukan!?
I.S.
Kamis, 11 Agustus 2011
Noisy Trip - Astral Universe (Demo)
Unik! Band shoegaze asal Jakarta ini menampilkan materi shoegazing yang berbeda. Semacam poetic shoegaze bernuansa kelam dan berlatarkan percikan kebisingan di sana-sini.
Pernah terbayang sebuah band shoegaze dimana sang vokalis berdeklamasi? Deklamasi sendiri berasal dari bahasa Latin declamare atau declaim, yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastra yang berbentuk puisi. Noisy Trip dengan nekadnya memadukan dramatisasi puisi dalam kemasan musik mereka, lewat demo Astral Universe bermaterikan dua lagu, Inner Journey dan Outer Journey.
Band yang dihuni oleh Piganta Lasyid (pesuara), Taufan Maulana Haris (gitar), Dhama Vika (bas), Fairuz Zabadi (gitar), Haris Prasetyo (drum), meracik lanskap musik yang kental dengan elemen space-rock semacam Spacemen 3. Dan hasil perpaduan tersebut, sebuah perjalanan puitis yang memancing perhatian.
Download Link
Noisy Trip |
Band yang dihuni oleh Piganta Lasyid (pesuara), Taufan Maulana Haris (gitar), Dhama Vika (bas), Fairuz Zabadi (gitar), Haris Prasetyo (drum), meracik lanskap musik yang kental dengan elemen space-rock semacam Spacemen 3. Dan hasil perpaduan tersebut, sebuah perjalanan puitis yang memancing perhatian.
Download Link
Kishy
Kishy seharusnya bisa menjadi letupan unik dan mengesankan dari skena shoegazing kota Bandung, sebelum vakum ketika salah satu personilnya harus menimba ilmu di negeri Sakura. Band ini menjejaki khidmatnya salah satu elemen utama dari shoegaze, yakni dream pop.
Kishy memaksimalkan ambient dan reverb hingga titik terjauh. Begitu meruang dan artistik, seperti yang telah dirintis oleh inspirator mereka, Robin Guthrie, Brian Eno, dan Harold Budd. Terbentuk tahun 2009, tepatnya 14 Februari, hari kasih sayang dimana Fathan (gitar) menemui Taufik (drum) dan Vian (gitar), dan akhirnya mengajak Vani (vokal) untuk bercengkerama bersama dalam buaian shoegaze yang teduh.
Kishy - Intro
Download Link
Kishy |
Kishy memaksimalkan ambient dan reverb hingga titik terjauh. Begitu meruang dan artistik, seperti yang telah dirintis oleh inspirator mereka, Robin Guthrie, Brian Eno, dan Harold Budd. Terbentuk tahun 2009, tepatnya 14 Februari, hari kasih sayang dimana Fathan (gitar) menemui Taufik (drum) dan Vian (gitar), dan akhirnya mengajak Vani (vokal) untuk bercengkerama bersama dalam buaian shoegaze yang teduh.
Kishy - Intro
Download Link
Selasa, 09 Agustus 2011
Hazel
Hazel terlahir di kota Jakarta. Dua sahabat sejak remaja, Aditya Suharmoko (vokal, gitar) dan Adnan Rio, dibantu rekan mereka, Ade Kris (drum) dan Oscar (bas) menyemai kebisingan yang teduh melalui musik mereka.
Didirikan pada tahun 2005, materi Hazel masih terbilang hitungan jari. Dua lagu di page Myspace, dan satu lagu dibagikan gratis di situs deathrockstar. Terinspirasi oleh segala hal yang mengitari kehidupan mereka, begitu keterangan tentang Hazel di page mereka. My Bloody Valentine, Pale Saints, atau Slowdive bisa disebut pekat melatari hari-hari Hazel.
"Layer-layer distorsi, delay, reverb dan lain-lain ditambah ketukan drum monoton dan vokal yang lebih seperti bergumam mendominasi..... menggelitik untuk kemudian melanjutkan playlist ke deretan setlist seperti MBV, Raveonettes, Asobi Seksu atau bahkan Foxtail Sommersault sambil bersyukur kalau kita masih hidup dan bisa menikmati noise-noise indah" (Deathrockstar.info)
Berikut tiga lagu Hazel: Lady H., Going Away, dan Old Friend Hazel Reinterpretation.
Download Link
Didirikan pada tahun 2005, materi Hazel masih terbilang hitungan jari. Dua lagu di page Myspace, dan satu lagu dibagikan gratis di situs deathrockstar. Terinspirasi oleh segala hal yang mengitari kehidupan mereka, begitu keterangan tentang Hazel di page mereka. My Bloody Valentine, Pale Saints, atau Slowdive bisa disebut pekat melatari hari-hari Hazel.
Hazel |
"Layer-layer distorsi, delay, reverb dan lain-lain ditambah ketukan drum monoton dan vokal yang lebih seperti bergumam mendominasi..... menggelitik untuk kemudian melanjutkan playlist ke deretan setlist seperti MBV, Raveonettes, Asobi Seksu atau bahkan Foxtail Sommersault sambil bersyukur kalau kita masih hidup dan bisa menikmati noise-noise indah" (Deathrockstar.info)
Berikut tiga lagu Hazel: Lady H., Going Away, dan Old Friend Hazel Reinterpretation.
Download Link
Minggu, 07 Agustus 2011
Sugarstar
Sugarstar hampir seperti sebuah legenda urban di skena shoegaze lokal. Aksi mereka di atas panggung pada tahun 2000-an berbuah decak kagum atas suguhan musik mengagumkan, lalu tiba-tiba bubar tanpa sebuah album utuh, bahkan sebuah EP.
Begitu beruntung bagi mereka yang sempat menyaksikan aksi Sugarstar, sementara yang tak pernah hanya mengandalkan kisah cerita dari mereka yang pernah melihat band shoegaze asal Jakarta ini. Sedikit sekali informasi tentang band ini, bahkan sebuah page tribute Sugarstar di myspace (http://www.myspace.com/sugarstarshoegaze) pun setali tiga uang.
Pastinya, Sugarstar dibentuk oleh Iyub (vokal, gitar) yang pendiri Santamonica, bersama beberapa temannya, salah satunya Sulung (gitar, vokal) pendiri C'mon Lennon. Begitu bagusnya materi Sugarstar, bagi pendengar pertama mungkin bakal mengira seperti band shoegaze dari luar negeri saja. Tekstur MBV, Ride, Pale Saints, Slowdive, dengan memadukan unsur alt-ish dari Smashing Pumpkins dan Radiohead, bisa ditemui di Sugarstar.
Materi mereka seperti remah-remah roti terserak di internet, dan berpindah dari tangan ke tangan. Misalnya, trek berjudul Losing Days (bisa didengarkan di page tribute Myspace), dan beberapa lagu lainnya yang hanya berjudul Title 1, 2, 3, dan seterusnya, seakan mengaburkan sosok band ini. Hingga setahun lalu di page tribute Sugarstar di Myspace, Dita Saryuff, istri dari Iyub yang juga di Santamonica, mengirim sebuah testimoni sebagai berikut:
Dibawah ini tiga lagu Sugarstar yang bisa didengar di page official.fm (streaming online).. dan jika anda beruntung bisa melacak beberapa lagu (terkadang tanpa judul) di berbagai situs berbagi di internet. Jika gagal, tanyakan rekan-rekan anda yang mungkin memiliki materi-materi Sugarstar.
Bitter Kiss (Demo)
Another Fading Skies (Demo)
Thirteenth Seconds to Sweetness (Demo)
Sugarstar |
Pastinya, Sugarstar dibentuk oleh Iyub (vokal, gitar) yang pendiri Santamonica, bersama beberapa temannya, salah satunya Sulung (gitar, vokal) pendiri C'mon Lennon. Begitu bagusnya materi Sugarstar, bagi pendengar pertama mungkin bakal mengira seperti band shoegaze dari luar negeri saja. Tekstur MBV, Ride, Pale Saints, Slowdive, dengan memadukan unsur alt-ish dari Smashing Pumpkins dan Radiohead, bisa ditemui di Sugarstar.
Materi mereka seperti remah-remah roti terserak di internet, dan berpindah dari tangan ke tangan. Misalnya, trek berjudul Losing Days (bisa didengarkan di page tribute Myspace), dan beberapa lagu lainnya yang hanya berjudul Title 1, 2, 3, dan seterusnya, seakan mengaburkan sosok band ini. Hingga setahun lalu di page tribute Sugarstar di Myspace, Dita Saryuff, istri dari Iyub yang juga di Santamonica, mengirim sebuah testimoni sebagai berikut:
Bitter Kiss (Demo)
Another Fading Skies (Demo)
Thirteenth Seconds to Sweetness (Demo)
Strawberry Wine - Taste Me
Terinspirasi oleh sebuah lagu berjudul sama dari My Bloody Valentine, Strawberry Wine semacam letupan tak terendus yang lezat dari skena shoegaze di Jakarta. Tersedia pranala unduh dari free single berjudul Taste Me.
Liar dan noisy. Fuzziest and roughest. Itulah materi Taste Me yang diracik oleh Bernard (vokal, gitar), Tyo (drum), Bintang (gitar), dan Mamad (bas, vokal). Tyo dan Bintang tak lain pendiri Mellonyellow. Alkisah, Taste Me menjadi satu-satunya materi yang mereka rekam selama 14 jam tanpa tidur di sebuah studio di pinggiran Jakarta Timur. Tak heran.
Strawberry Wine - Taste Me
Download Link
Strawberry Wine - Taste Me (Single Cover) |
Liar dan noisy. Fuzziest and roughest. Itulah materi Taste Me yang diracik oleh Bernard (vokal, gitar), Tyo (drum), Bintang (gitar), dan Mamad (bas, vokal). Tyo dan Bintang tak lain pendiri Mellonyellow. Alkisah, Taste Me menjadi satu-satunya materi yang mereka rekam selama 14 jam tanpa tidur di sebuah studio di pinggiran Jakarta Timur. Tak heran.
Strawberry Wine |
Download Link
Kamis, 04 Agustus 2011
Shoegaze - Allmusic.com
Shoegaze sebagai nama genre tak lepas dari keisengan para jurnalis musik di Inggris pada akhir 1980-an. Berikut artikel pendek namun komprehensif mengenai sub genre dari alternative rock ini.
Shoegaze is a genre of late '80s and early '90s British indie rock, named after the bands' motionless performing style, where they stood on stage and stared at the floor while they played. But shoegaze wasn't about visuals -- it was about pure sound. The sound of the music was overwhelmingly loud, with long, droning riffs, waves of distortion, and cascades of feedback. Vocals and melodies disappeared into the walls of guitars, creating a wash of sound where no instrument was distinguishable from the other.
Most shoegaze groups worked off the template My Bloody Valentine (MBV) established with their early EPs and their first full-length album, Isn't Anything, but Dinosaur Jr., the Jesus & Mary Chain, and the Cocteau Twins were also major influences. Bands that followed -- most notably Ride, Lush, Chapterhouse, and the Boo Radleys -- added their own stylistic flourishes. Ride veered close to '60s psychedelia, while Lush alternated between straight pop and the dream pop of the Cocteau Twins.
Almost none of the shoegazers were dynamic performers or interesting interviews, which prevented them from breaking through into the crucial U.S. market. In 1992 -- after the groups had dominated the British music press and indie charts for about three years -- the shoegaze groups were swept aside by the twin tides of American grunge and Suede, the band to initiate the wave of Britpop that ruled British music during the mid-'90s.
Some shoegazers broke up within a few years (Chapterhouse, Ride), while other groups -- such as the Boo Radleys and Lush -- evolved with the times and were able to sustain careers into the late '90s. (Allmusic.com)
Terjemah ke Bahasa
Shoegaze is a genre of late '80s and early '90s British indie rock, named after the bands' motionless performing style, where they stood on stage and stared at the floor while they played. But shoegaze wasn't about visuals -- it was about pure sound. The sound of the music was overwhelmingly loud, with long, droning riffs, waves of distortion, and cascades of feedback. Vocals and melodies disappeared into the walls of guitars, creating a wash of sound where no instrument was distinguishable from the other.
Most shoegaze groups worked off the template My Bloody Valentine (MBV) established with their early EPs and their first full-length album, Isn't Anything, but Dinosaur Jr., the Jesus & Mary Chain, and the Cocteau Twins were also major influences. Bands that followed -- most notably Ride, Lush, Chapterhouse, and the Boo Radleys -- added their own stylistic flourishes. Ride veered close to '60s psychedelia, while Lush alternated between straight pop and the dream pop of the Cocteau Twins.
MBV - Loveless, album terpenting shoegaze |
Almost none of the shoegazers were dynamic performers or interesting interviews, which prevented them from breaking through into the crucial U.S. market. In 1992 -- after the groups had dominated the British music press and indie charts for about three years -- the shoegaze groups were swept aside by the twin tides of American grunge and Suede, the band to initiate the wave of Britpop that ruled British music during the mid-'90s.
Some shoegazers broke up within a few years (Chapterhouse, Ride), while other groups -- such as the Boo Radleys and Lush -- evolved with the times and were able to sustain careers into the late '90s. (Allmusic.com)
Terjemah ke Bahasa
Rabu, 03 Agustus 2011
Themilo - Photograph
Setelah 7 tahun didera berbagai cobaan teknis dan non teknis, akhirnya Themilo merilis album kedua bertajuk Photograph. Ajie Gergaji cs. berhasil memupuskan lara para penikmat musik mereka yang sempat terbuai oleh sajian materi tak resmi di dunia maya.
Dibuka dengan materi instrumental berjudul Stethoscope yang megah dibalut distorsi reverb, seperti pintu masuk sempurna untuk memasuki ruang imajinasi para personil themilo, terdiri dari Ajie (vokal, gitar), Upik (gitar), Suki (bass), Unyil (kibor), dan Budi (drum). Beberapa lagu yang dikenal menjadi favorit klasik para loyalis Themilo, seperti For All The Dreams That Wings Could Fly, So Regret, atau Dreams, menghanyutkan dengan kejernihan musik mereka. Lagu penutup, Apart, menjadi epilog syahdu, seakan Themilo sedikit memelankan diri sejenak dari derap musik mereka yang telah dirintis hampir 9 tahun lamanya.
Album Photograph sudah tersedia di berbagai toko musik favorit anda di Indonesia, khususnya Jakarta dan Bandung, atau singgahi situs mereka di http://themiloband.com/ untuk informasi lebih lanjut.
"Delapan komposisi dalam konsep musik dingin dan misterius" (Adib H. - Rolling Stones Indonesia)
Dibuka dengan materi instrumental berjudul Stethoscope yang megah dibalut distorsi reverb, seperti pintu masuk sempurna untuk memasuki ruang imajinasi para personil themilo, terdiri dari Ajie (vokal, gitar), Upik (gitar), Suki (bass), Unyil (kibor), dan Budi (drum). Beberapa lagu yang dikenal menjadi favorit klasik para loyalis Themilo, seperti For All The Dreams That Wings Could Fly, So Regret, atau Dreams, menghanyutkan dengan kejernihan musik mereka. Lagu penutup, Apart, menjadi epilog syahdu, seakan Themilo sedikit memelankan diri sejenak dari derap musik mereka yang telah dirintis hampir 9 tahun lamanya.
Themilo |
Album Photograph sudah tersedia di berbagai toko musik favorit anda di Indonesia, khususnya Jakarta dan Bandung, atau singgahi situs mereka di http://themiloband.com/ untuk informasi lebih lanjut.
"Delapan komposisi dalam konsep musik dingin dan misterius" (Adib H. - Rolling Stones Indonesia)
Jellybelly - Intro EP
Band asal kota Kembang bernama Jellybelly ini telah menjadi salah satu aksi shoegazing menjanjikan sejak tahun 2000. Kerap gonta-ganti personil, Jellybelly berhasil bertahan dengan 2 EP, dihidupi oleh Arief (bass), Novian (gitar), Aduy (gitar), Oscar (drum), dan Devita (vokal). Berikut EP pertama Jellybelly, Intro, beserta pranala unduhnya.
Album EP perdana Jellybelly, 'Intro', dirilis pada tahun 2005. Seperti kisah band ini yang kerap gonta-ganti personil, kelahiran 'Intro' diwarnai oleh mundurnya drummer kedua Jellybelly secara mendadak. Promosi Intro pun dalam kondisi tanpa seorang drummer. Meski begitu, keenam materi dari 'Intro' tetap mengesankan dan menyajikan kekhasan lanskap musik shoegaze Bandung yang meruang dan artistik.
Download Link
"a classica sonoridade da 4AD, com vocĂȘs o fenomenal Jellybelly e os sons do paraiso (theblogthatcelebratesitself.blogspot.com)
Jellybelly |
Album EP perdana Jellybelly, 'Intro', dirilis pada tahun 2005. Seperti kisah band ini yang kerap gonta-ganti personil, kelahiran 'Intro' diwarnai oleh mundurnya drummer kedua Jellybelly secara mendadak. Promosi Intro pun dalam kondisi tanpa seorang drummer. Meski begitu, keenam materi dari 'Intro' tetap mengesankan dan menyajikan kekhasan lanskap musik shoegaze Bandung yang meruang dan artistik.
Download Link
"a classica sonoridade da 4AD, com vocĂȘs o fenomenal Jellybelly e os sons do paraiso (theblogthatcelebratesitself.blogspot.com)
Langganan:
Postingan (Atom)